Jakarta – Pengamat teroris Ridlwan Habib menilai pemasangan bendera kelompok teroris ISIS di Polsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan bertujuan untuk menjatuhkan mental aparat kepolisian. Apalagi sebelumnya telah terjadi serangkaian teror terhadap polisi yang dilakukan terduga teroris di Mapolda Sumut dan Masjid Falatehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Alumni master studi intelijen Universitas Indonesia itu mengatakan, peristiwa peletakan bendera ISIS dan surat kaleng tersebut harus disikapi serius. “Ini serius, harus disikapi dengan cepat oleh Densus 88 Polri. Ini teror bendera. Dalam teori intelijen disebut simbolic attack, sengaja dipasang di kantor polisi untuk menjatuhkan mental anggota Polri,” katanya kepada wartawan.
Sedangkan salah satu poin ancaman yang ditulis dalam selebaran yang ditaruh di dalam botol kemasan berbunyi, ISIS akan membuat Jakarta seperti kekacauan di Marawi, Filipina. Dalam perbincangan di sebuah stasiun televisi swasta, Rabu (5/7/2017) pagi, Ridlwan mengatakan, ancaman tersebut hanya pepesan kosong. “Mustahil bisa dilaksanakan di Ibukota. Jakarta sangat kondusif, keadaannya sangat jauh berbeda dengan Marawi. Mereka (ISIS) hanya punya kesempatan 0,001 persen bisa membuat kondisi Jakarta seperti di Marawi,” katanya.
Sementara itu, selain kepada anggota Kepolisian Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, dan Detasemen Khusus 88 Antiteror, ancaman tersebut juga ditujukan kepada Barisan Ansor Nahdlatul Ulama (Banser NU).
Namun, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengaku tidak terancam dengan ancaman itu. ”Nggak takut,” katanya kepada wartawan setelah halalbihalal Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman di Balai Kartini, Kuningan, Jakarta Selatan, kemarin.
Menurut Said Aqil, kelompok ISIS adalah kelompok kecil yang anggotanya hanya sedikit. ”Hanya saja, mereka nekat, militan, saling back up, ada sistem, ada koordinasi, ada dana, dan ada latihan. Itu saja. Jangan takut,” tegasnya.
Said Aqil menegaskan, Banser NU siap menghadapi ancaman itu. Kendati demikian, pihaknya tetap waspada, jika ancaman itu direalisasikan terhadap Banser NU maupun Gerakan Pemuda Ansor. “Kita waspada, bukan berarti takut,” katanya.