Pengamat politik dari Universitas Indonesia Boni Hargens menilai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang selama ini berideologikan Pancasila tengah terancam. Menurutnya, gerakan kebangkitan gerakan radikalisme yang mengatasnamakan Islam tengah berusaha menjalankan skenario politik merubah Pancasila menjadi NKRI Syariah.
“Sekarang perang kita bukan lagi melawan Malaysia atau Singapura, melainkan perang melawan ideologi-ideologi yang mengacuhkan kemanusiaan seperti radikalisme,” ujar Boni dalam diskusi bertema ‘Menelaah Potensi Radikalisme di Pilkada DKI Jakarta’ di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (20/3/2017).
Lebih jauh Boni menjelaskan, kekuatan asing tak hanya memberi pengaruh terhadap aspek ekonomi dan politik di tanah air. Namun, radikalisme, yang saat ini menyebar di Indonesia, merupakan sebuah ajaran yang ditularkan dari luar negeri. Tindakan tersebut, merupakan pembelajaran yang sangat buruk bagi generasi mendatang.
“Maka itu, saya menganggap ini ancaman serius bagi eksistensi suatu bangsa,” terangnya.
Maka dari itu, ia mengajak publik untuk mulai meninggalkan budaya “silent majority”, dimana sebagian besar masyarakat hanya memilih diam meski menyadari banyaknya tindakan radikal.
“Anti radikalisme ini harus kita suarakan. Kalau dari 250 juta penduduk Indonesia, sekitar lima hingga 10 juta merupakan kaum radikal dengan mereka setiap hari berpikir sistematis untuk membuat kekacauan, maka kita yang 240 ini hanya akan tidur nyenyak hingga tumbang semua,” terang Boni.