Jakarta – Direktur Society Agains Radicalism and Violent Extremisim (SeRVE), Siti Darojatul Aliah menyebut bahwa kepercayaan kiamat sudah dekat belakangan telah menjadi alasan baru bagi sejumlah perempuan terlibat dalam aksi terorisme.
Ia mengatakan dalam kepercayaan kiamat sudah dekat, perempuan yang terlibat dalam aksi teror meyakini bahwa mereka tak ingin hidup sia-sia, apalagi sampai masuk neraka.
“Jadi kiamat sudah dekat menjadi narasi juga yang membuat banyak perempuan ingin bergabung dengan kelompok jihad,” kata Dete, sapaan akrab Siti, dalam diskusi daring, sebagaimana dikutip cnnindonesia, Sabtu (11/7).
Dete menjelaskan, ada sejumlah alasan yang diyakini oleh perempuan untuk terlibat atau bergabung dalam aksi terorisme. Misalnya, menganggap pemerintah thagut (menyembah selain Allah), menuntut keadilan, bahkan hingga balas dendam.
Aksi teror karena balas dendam, kata Dete, misalnya seperti yang dilakukan oleh seorang perempuan di Poso. Kata dia, aksi teror yang dilakukan oleh si perempuan bukan hanya atas dasar keyakinan atau ideologi, namun juga dilandasi untuk melakukan aksi balas dendam.
“Misalnya mereka mereka melihat keluarganya dibunuh di depan mata. Keluarganya dibunuh dipulangkan dalam keadaan mengiris hati, melukai hati,” jelas Dete.
“Nah itu mereka kemudian merasa terpanggil dan ingin melakukan jihad,” imbuhnya.
Dete mengatakan, ada banyak alasan di balik aksi teror yang dilakukan oleh perempuan. Selain sejumlah alasan itu, alasan lain karena hendak bertaubat setelah merasa telah banyak melakukan perbuatan dosa.
Kasus-kasus demikian, umumnya terjadi pada buruh migran Indonesia yang berada di Asia Timur. Ia menyebut sejumlah kasus tersebut bermula karena kehidupan bebas yang dirasakan oleh perempuan yang berada jauh dari rumah.
Kehidupan jauh dari rumah dan kultur masyarakat setempat yang jauh dari kontrol moral membuat banyak perempuan masuk dalam kehidupan bebas yang sarat etika. Walhasil, kondisi tersebut membuat mereka akhirnya berkeinginan untuk bertaubat sebelum kemudian direkrut oleh kelompok jihadis.
“Terus mereka melakukan kehidupan yang bebas baik minum, prilaku seks bebas mereka pengendalian taubat jadi taubatnya ini ketemunya dengan kelompok itu jadi direktrut, jadilah mereka,” katanya.
Dete lebih lanjut juga membenarkan bahwa masih banyak perempuan Indonesia yang saat ini masih berada di Suriah. Mereka sempat menjadi simpatisan kelompok teroris ISIS. Dari sekitar 300-600 WNI yang berada di sana, ia tak mengetahui jumlah pasti berapa yang sempat terlibat.
Kedatangan mereka ke negara itu, kata Dete dilandasi oleh banyak alasan beragam, bukan hanya ideologi, namun juga ada percintaan, ekonomi, dan faktor sosial lainnya.