Berlin – Pengamat terorisme dan Islamisme, Sigrid Herrmann-Marshall mengatakan, negara Jerman saat ini berada dalam kondisi darurat terorisme. Hal itu diungkapkannya menyusul penangkapan seorang yang diduga merencanakan serangan teror pada hari Natal dan Tahun Baru 2018 di negara tersebut.
“Daesh (Islamic State Iraq and Syria atau kelompok teroris ISIS) memiliki agen perjalanan sendiri di Eropa. Salah satunya beroperasi di Duisburg, Jerman. Dengan bantuan agen itu, mereka mudah mengirim anggota kelompok teroris ISIS dari Jerman ke Timur Tengah dengan kedok perjalanan wisata,” kata Herrmann-Marshall seperti dikutip dari ‘Sputnik’, Selasa (26/12/2017).
Menurutnya, anggota ISIS memenuhi berbagai tugas di dalam organisasi teroris tergantung pada kemampuan pribadi mereka. “Menurut saya, ada yang terlibat dalam kegiatan pemasaran. Kemudian yang lainya sebagai rekrutmen dan penanggung jawab keuangan,” jelas Herrmann-Marshall.
Baru-baru ini, seorang milisi Kurdi menahan seorang propagandis ISIS Jerman berusia 34 tahun, Oguz G di Suriah. Dia bekerja sebagai desainer grafis dan menyebarkan propaganda jihad di berbagai media sosial. Menurut laporan, Oguz G diduga telah melakukan kontak dengan Abu Walaa yang diyakini sebagai pengkhotbah ISIS nomor satu di Jerman.
“Abu Walaa berhasil mengatur seluruh jaringan Islam di Jerman. Dia berhasil mengumpulkan banyak orang dan mengaturnya dengan sangat baik. Tak hanya itu, dia berhasil mengatur banyak perjalanan teroris dari Jerman ke Syria dan menyebut praktik tersebut sulit dibayangkan. Saya tidak mengerti bagaimana intelijen tidak memperhatikan hal ini. Adakah surveilans sama sekali?” ujarnya.
Jerman berada dalam peringatan teror di tengah serangkaian serangan teror yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Yang paling mematikan adalah sebuah serangan truk di sebuah pasar Natal Berlin pada tahun 2016. Ancaman teror potensial meningkat dalam beberapa hari terakhir di Berlin ketika polisi menahan seorang pria Jerman berusia 29 tahun di kota Karlsruhe, yang mendukung Daesh sejak tahun 2015 dan diduga merencanakan sebuah serangan truk di pusat kota.
Sebelumnya, media mengungkapkan bahwa Jaksa Penuntut Umum Jerman membuka lima kali lebih banyak kasus yang berkaitan dengan terorisme pada 2017 daripada tahun sebelumnya. Pada 2017, sebanyak 1.200 kasus terkait teror dibuka dengan sekitar 1.000 di antaranya terkait dengan Islamisme. Pada 2016, Jaksa Penuntut Umum hanya membuka 250 kasus terkait teror dengan sekitar 200 di antaranya berurusan dengan Islamisme