Jakarta – ISIS terus memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan propaganda. Mereka telah membuat kampanye di media sosial untuk menyebarkan ideologi. Terbaru, ISIS menyerukan jaringannya untuk membuat serangan lokal di kota-kota yang melakukan pembatasan wilayah ataupun lockdown karena pandemi Covid-19.
Pengamat terorisme yang juga Asisten profesor Dr Michael Krona dari Malmo University, Swedia, dikutip dari laman dailystar, Selasa (29/7/2020) mengatakan, media sosial menjadi tempat perburuan kelompok teror tersebut. Mereka mengajak para pengikutnya dalam sebuah komunitas.
Banyaknya negara yang melakukan pembatasan wilayah, membuat orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu secara online. Hal itu membuat kelompok ISIS semakin gencar melakukan kampanye.
“Secara historis kita tahu bahwa ISIS menggunakan waktu dan sumber dayanya dalam bayang-bayang media untuk merekrut dan membangun dukungan,” ungkap Dr Krona.
Selain itu, ungkap Krona, ISIS memproduksi majalah, buletin, bahkan menjalankan kantor berita, stasiun radio, dan membuat aplikasi seluler sendiri. Mereka juga membuat sebuah pesan clickbait di Whatsapp, Instagram, Telegram, dan yang terbaru melalui aplikasi pesan Hoop.
Krona mengungkapkan, kelompok ISIS menggambarkan Covid-19 sebagai ‘siksaan Tuhan terhadap negara-negara barat’ dan bahkan beberapa kalangan ISIS menyebut virus corona sebagai ‘tentara Allah’
“Artikel ISIS berfokus pada seruan untuk melakukan serangan terhadap negara-negara barat. ISIS tidak lagi mendorong pengikutnya untuk berpergian ke negara yang dituju, namun justru mendorong para pengikutnya yang sudah tinggal di sana untuk melakukan serangan,” kata Krona.
Para pendukung online ISIS juga melakukan kampanye untuk membantu peremupuan dan anak-anak di kamp-kamp Suriah yang situasinya semakin memburuk.
“Pesannya adalah bahwa pemerintah dan negara bagian tidak dapat dipercaya. Hal ini sebagai bentuk propaganda ISIS yang berupaya merusak kepercayaan terhadap pemerintah dengan menyatukan para pendukungnya untuk melawan politik yang dianggap korup dan gagal,” tambah Dr Krona.
Para peneliti menemukan bahwa Covid-19 tengah dijelaskan sebagai terjemahan teologis dari teks-teks agama. “ Ini adalah kisah apokaliptik tentang kiamat yang bermanfaat untuk mencapai tujuan mereka,” imbuh Dr Krona.