Jakarta- Masyarakat Indonesia harus dapat menjaga kerukunan dan kesetiakawanan antar sesama agar tidak mudah terprovokasi upaya belah belah. Pengamalan nilai-nilai Pancasila adalah cara terbaik untuk mewujudkan kerukunan dan kesetiakawanan tersebut. Hal tersebut disampaikan Guru Besar Universitas islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. DR. H. Yusny Saby, MA, Ph.D, di Jakarta, Kamis (21/12/2017).
“Pancasila itu sudah sangat baik dan luar biasa sekali. Mulai dari sila pertama hingga kelima sudah mencakupi semua suku, ras, agama, budaya yang ada dan hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sepanjang seluruh komponen masyarakat dan pemerintah sama-sama menghormati hukum. Mulai dari Undang Undang Dasar 1945 sampai hukum yang diperlakukan di setiap daerah” ujar Yusny Saby.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa bangsa Indonesia yang memiliki lebih dari ribuan pulau dengan ratusan suku bangsa, ratusan bahasa lokal dan ratusan budaya ini sudah terikat dalam satu sistem yakni NKRI yang didalamnya berpegang kepada agama, yang juga berbeda-beda.
“Selama mereka itu tidak berbuat kejahatan, selama mereka itu masing masing warga negara kita itu menjaga keamanan, ketertiban, menghormati aturan hukum, saya kira semua mempunyai hak hidup sama. Tidak ada bedanya, sehingga harus dapat rukun dan menjaga kesetiakawanan,” ujar Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Aceh ini.
Tak hanya itu, penguatan kesetiakawanan itu juga dapat membangun hubungan kerukunan intra religius, intra suku, intra lokal baik di kabupaten maupun di provinsi dan juga inter agama dalam menjaga keutuhan dan persatuan bangsa. Karena dengan kuatnya masyarakat Indonesia sebagai suatu bangsa, maka akan lebih berharga ketika kita berhadapan dengan bangsa lain.
“Coba lihat sebuah bangsa yang kocar-kacir, yang lemah dan berkonflik satu sama lain tentunya tidak ada harganya di mata dunia. Kalau tidak dihargai di mata dunia kita akan menjadi permainan orang lain seperti tempat pasar senjata yang mereka jual atau pasar narkoba,” ujar mantan Rektor UIN Ar-Raniry ini.
Hal tersebut menurutnya akan menjadi tidak baik bagi bangsa dan harus disadari oleh setiap warga negara. Jangan menjadikan bangsa kita ini sebagai ladangnya orang lain untuk “mencari makan” seperti melalui konflik, kemiskinan, pertentangan, perkelahian, bersikap saling tidak rukun satu sama lain.
“Ini yang harus dijaga oleh masyarakat bangsa Indonesia ini agar jangan mudah dibentur-benturkan,” ujarnya.
Lebih jauh lagi, Yusni mengungkan ketika bangsa itu lemah, berarti hukum dan pemerintahannya juga akan menjadi lemah. Itu akan mudah dimanfaatkan pihak lain mengeruk potensi Indonesia, baik secara ekonomi, budaya, maupun sosial, dan politik.
“Oleh karena itu bangsa-bangsa yang memiliki kerukunan dan kesetiakawanan kuat, konglemerasinya kuat harus dapat memasarkan produk yang dimilikinnya ke negeri-negeri lain Ini agar kita juga tidak bergantung dari negara lain juga,” ujarnya
Untuk itu dirinya meminta kepada masyarakat Indonesia untuk dapat berlaga, berkompetisi demi kebaikan agar dapat menciptakan kebaikan untuk diri sendiri, keluarga dan manusia lain. “Di situlah kita ini berkompetisi. Bukan berkompetisi untuk saling memghilangkan, bulan saling menghancurkan, saling melecehkan orang lain atau saling meniadakan. Bukan seperti itu kita berkompetisi,” ucapnya.
Jika kompetisi dalam menciptakan kebaikan itu bisa diwujudkan, tentu akan menghasilkan masyarakat yang baik dari segi agama, budaya, ekonomi, sosial. Dengan demikian bangsa Indonesia pasti akan semakin kuat dan bisa terbina suatu solidaritas nasional.
“Solidaritas itu adalah saling percaya, saling menghormati, saling menghargai, saling menguatkan. Dari situ akan tumbuh satu kekuatan nasional yakni satu solidaritas yang kuat diantara masyarakat Indonesia ini menjadikan bangsa kita ini sebagai bangsa yang kuat yang akan dihormati dan dihargai oleh bangsa-bangsa yang lain di dunia,” pungkasnya.