Pengajian Umum di Ponpes Al Hidayah: Ratusan Santri Bersatu Tangkal Radikalisme & Intoleransi

Aceh – Ratusan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Hidayah beserta warga sekitar Sidodadi, Kabupaten Aceh Tamiang, mengikuti Pengajian Umum di Aula Ponpes Al Hidayah, belum lama ini.

Kegiatan ini diadakan dengan tujuan memperluas wawasan santri dan masyarakat mengenai bahaya radikalisme yang dapat mengancam persatuan bangsa.

Ketua Yayasan Al Hidayah, Ustadz Yakimin, dalam sambutan pembukaannya menjelaskan pentingnya kegiatan ini sebagai upaya membangun kesadaran kebangsaan di kalangan generasi muda.

“Pengajian ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman santri dan warga tentang bahaya radikalisme. Generasi penerus bangsa harus memiliki wawasan yang kuat, sehingga tidak mudah terhasut oleh ajaran yang memecah persatuan,” tegasnya.

Tausiyah utama disampaikan oleh Dr. Tgk. Muslem Hamdani, MA, yang mengingatkan para santri akan pentingnya berkontribusi positif di ruang publik, khususnya di era digital.

“Santri harus aktif mengisi ruang publik dunia maya dengan konten yang mencerminkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin dan sejalan dengan nilai ‘Hubbul Wathan Minal Iman’ (Cinta Tanah Air adalah bagian dari Iman),”

Santri harus mampu menjawab tantangan zaman, khususnya di bidang teknologi dan informasi, dengan pengetahuan agama yang mendalam agar terhindar dari pengaruh radikalisme dan terorisme,” timpalnya.

Lebih lanjut, Dr. Muslem menegaskan peran penting santri dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

“Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir tidak terlepas dari kontribusi para santri. Peringatan Hari Santri menjadi bukti bahwa santri mampu membangun bangsa yang moderat, yang menjadi benteng dari paham-paham yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Moderasi beragama adalah kunci untuk menghindari konflik antaragama, menghormati perbedaan, dan mendorong dialog serta kerja sama antarpemeluk agama,” jelasnya.

Dalam penutup tausiyahnya, Dr. Muslem juga menyoroti pentingnya menjaga persatuan, terutama menjelang Pilkada.

“Persoalan politik bukan hanya tentang mencoblos surat suara, melainkan juga tanggung jawab kita untuk memilih pemimpin yang amanah. Saya mengajak masyarakat untuk tetap menjaga silaturahmi dan kedamaian meski berbeda pilihan politik. Jangan saling menjelekkan atau memfitnah, mari kita jaga kedamaian Aceh ini,” tutupnya.

Acara pengajian ini menjadi salah satu langkah penting dalam menangkal paham intoleransi dan radikalisme di Aceh Tamiang, dengan melibatkan peran aktif santri dan masyarakat dalam menjaga keutuhan bangsa.