Boston – Keputusan mengejutkan dikeluarkan Pengadilan Banding Federal Amerika Serikat (AS), Jumat (31/7/2020). Pengadilan Federal membatalkan hukuman mati terhadap teroris pelaku pemboman (bomber) Boston Marathon, Dzhokhar Tsarnaev. Bom saat lomba maraton internasional Boston Marathon tahun 2013 itu menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 260 orang lainnya.
Dzhokhar Tsarnaev dan kakak laki-lakinya, Tamerlan Tsarnaev memasang sepasang bom rakitan di dekat garis finish lomba maraton yang terkenal di dunia itu. Bom tersebut mengacaukan kerumunan yang penuh sesak dan menyebabkan banyak orang kehilangan kaki.
Pengadilan Banding Sirkuit ke-1 AS di Boston menguatkan banyak keyakinan tentang keterlibatan Tsarnaev, tetapi memerintahkan hakim pengadilan yang lebih rendah untuk mengadakan persidangan baru secara ketat atas hukuman apa yang harus diterima Tsarnaev untuk kejahatan yang memenuhi syarat hukuman mati yang dijatuhkan kepadanya.
Seorang juru bicara untuk Jaksa AS Andrew Lelling mengatakan kantornya sedang meninjau putusan pengadilan banding dan akan memiliki lebih banyak hal untuk dikatakan dalam beberapa hari dan minggu mendatang.
Hakim Pengadilan Banding Sirkuit ke-1 AS, O Rogeriee Thompson, mengatakan hakim pemimpin persidangan federal 2015 gagal dalam melakukan proses pemilihan para hakim dan memastikannya bisa menolak sebagian hakim yang terpapar pada publisitas pra-persidangan seputar kasus yang terkenal itu.
Thompson mengatakan liputan berita yang meluas tentang pemboman dan akibatnya menampilkan foto-foto dan video-video Tsarnaev yang mengerikan dan saudara laki-lakinya membawa ransel di arena maraton serta orang-orang yang terluka dan terbunuh di dekat garis finish.
“Jangan salah, Dzhokhar akan menghabiskan hari-harinya yang tersisa dikurung di penjara, dengan satu-satunya yang tersisa adalah apakah dia akan mati dengan eksekusi (atau tidak),” katanya, seperti dikutip Reuters, Sabtu (1/8/2020).
Tsarnaev ditahan di penjara “Supermax” Amerika Serikat di Florence, Colorado, sebuah situs yang begitu terpencil dan diamankan dengan baik sehingga dijuluki “Alcatraz of the Rockies”.
Tsarnaev dan kakak laki-lakinya, Tamerlan Tsarnaev, memicu kepanikan lima hari di Boston pada 15 April 2013, ketika mereka meledakkan dua bom panci buatan sendiri di garis finish maraton dan kemudian bersembunyi.
Tiga malam kemudian, ketika mereka berusaha melarikan diri dari kota, mereka memicu babak teror baru di Boston ketika mereka membajak sebuah mobil dan kemudian menembak mati petugas kepolisian Massachusetts Institute of Technology Sean Collier.
Kakak laki-laki Tsarnaev tewas pada malam itu setelah baku tembak dengan polisi, yang berakhir ketika Dzhokhar Tsarnaev menabraknya dengan mobil curian. Polisi kemudian mengunci Boston dan sebagian besar masyarakat di sekitarnya selama hampir 24 jam, dengan para perwira bersenjata lengkap melakukan pencarian rumah ke rumah melalui pinggiran Watertown, tempat Dzhokhar Tsarnaev ditemukan bersembunyi di sebuah kapal yang berlabuh di halaman belakang sebuah rumah.
Hakim federal pada 2015 menyatakan Tsarnaev bersalah atas 30 tuduhan yang dihadapinya dan kemudian memutuskan bahwa dia pantas dihukum mati karena bom yang dia tanam menewaskan Martin Richard yang berusia 8 tahun dan pelajar pertukaran China yang berusia 23 tahun Lingzi Lu. Manajer restoran Krystle Campbell, 29, juga tewas dalam serangan bom yang dilakukan oleh Tamerlan Tsarnaev.
Pengacara Dzhokhar Tsarnaev berpendapat bahwa kasus itu seharusnya tidak diadili di Boston, di mana calon hakim terpapar liputan media yang menyayat hati tentang serangan dan korban, yang banyak di antaranya kehilangan anggota badan. Pada hari hukumannya dijatuhkan kala itu, Tsarnaev mengakui kejahatannya.
“Saya menyesal atas nyawa yang telah saya ambil, atas penderitaan yang telah saya sebabkan kepada Anda, untuk kerusakan yang telah saya lakukan, kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Kalau-kalau ada keraguan, saya bersalah atas serangan ini, bersama dengan saudara saya,” ,” kata Tsarnaev.