Penembakan di Las Vegas Tak Terkait ISIS

Las Vegas – Penembakan terhadap kerumunan penonton konser musik di Mandalay Bay, Las Vegas, Amerika Serikat (AS), Minggu malam (1/10/2017) waktu setempat, bisa dikatakan merupakan insiden paling buruk dalam sejarah modern Amerika Serikat. Akibat penembakan yang dilakukan Stephen Craig Paddock (64), tercatat 59 orang tewas dan melukai 527 lainnya.

Tersangka pelaku penembakan bunuh diri ketika polisi menyerbu ruangannya yang terdapat sedikitnya 10 senjata yang digunakannya. Pelaku merupakan pensiunan akuntan yang tidak memiliki catatan kriminal dan tinggal di Mesquite, Negara Bagian Nevada. Dia melepas rentetan tembakan ke arah kerumunan penonton konser yang menampilkan penyanyi musik country, Jason Aldean.

Penyidik sudah melakukan pemeriksaan atas rumah dua kamar miliknya, yang berada dalam kawasan kompleks para pensiunan di Mesquite, sekitar satu jam perjalanan mobil dari Las Vegas. Kepolisian Mesquite mengatakan, rumah yang ditempati Paddock rapi, bersih, dan tidak ada yang luar biasa. Pelaku pindah ke sana pada 2013 dari Texas, seperti terlihat dalam catatan properti.

Serangan di Las Vegas tercatat penembakan massal terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Jumlah korban jiwa yang jatuh akibat penembakan itu merupakan yang terbesar setelah tragedi serupa di klub malam Orlando, Negara Bagian Florida, yang menewaskan 49 orang pada Juni 2016 lalu.

Terkait penembakan yang dilakukan Paddock, Biro Investigasi Federal (FBI) AS dengan tegas membantah klaim kelompok yang selalu menyeret agama dalam kegiatan terorisme dari kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). FBI menyatakan, pelaku tidak memiliki hubungan dengan kelompok teroris internasional. Penjelasan itu sekaligus untuk mematahkan klaim sepihak ISIS bahwa Paddock adalah tentara militan ISIS dan baru masuk Islam beberapa bulan lalu.

Pengumuman FBI itu disampaikan, Aaron Rouse, pada sebuah konferensi pers yang berlangsung Selasa (3/10/2017), tidak lama setelah ISIS mengklaim tanpa dasar atas serangan itu. Klaim ISIS itu dinilai berlebihan. Namun, publik juga diharapkan memahami ISIS tidak untuk diikuti. Namun, pihak berwenang belum mengidentifikasi motif penembakan tersebut karena Paddock bertindak seorang diri (lone wolf).

ISIS mengajukan klaimnya lewat kantor berita propaganda mereka, Amaq. Menurut ISIS, serangan mematikan tersebut adalah tanggapan atas seruan untuk menargetkan negara-negara koalisi AS. “Serangan di Las Vegas dilakukan seorang militan ISIS. Dia melakukannya sebagai tanggapan atas seruan untuk menargetkan negara-negara koalisi oleh AS,” kata ISIS dalam pernyataannya seperti yang dikutip ‘mirror.co.uk’.

Tak Ada Korban WNI
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam peristiwa penembakan pada konser musik itu. “Sampai saat ini tidak ada laporan mengenai WNI yang menjadi korban dari kejadian penembakan di Las Vegas,” kata juru bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir kepada wartawan, Selasa (3/10/2017).

Dikatakan, pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Las Vegas sudah menghubungi beberapa tokoh masyarakat dan rumah sakit di Las Vegas terkait keadaan WNI di sana dan kemungkinan adanya WNI yang menjadi korban. Sejauh ini tidak ada laporan mengenai WNI yang menjadi korban dalam insiden penembakan tersebut.