New York – Salah satu lembaga di bawah PBB menemukan bahwa teroris, ekstremis dan kelompok kriminal mengeksploitasi pandemi COVID-19 untuk merusak kepercayaan terhadap pemerintah dan bahkan menggunakan virus itu sebagai senjata.
Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh United Nations Interregional Crime and Justice Research Institute (UNICRI), Rabu (18/11), teroris, ekstremis brutal, dan kelompok kriminal terorganisasi mencoba memanfaatkan pandemi untuk memperluas aktivitas mereka, serta mengacaukan keefektifan dan kredibilitas langkah respons dari pemerintah.
“Yang juga mengkhawatirkan adalah bahwa beberapa kelompok teroris dan ekstremis brutal berusaha menyalahgunakan media sosial untuk menghasut calon teroris agar sengaja menyebarkan COVID-19 dan menggunakannya sebagai bentuk improvisasi senjata biologis,” kata Direktur UNICRI Antonia Marie De Meo, sebagaimana dikutip Xinhua, Kamis (19/11).
Menurut laporan tersebut, para peneliti menemukan bahwa media sosial dapat digunakan untuk menginspirasi aksi terorisme, memotivasi orang-orang yang meradikalisasi diri untuk melakukan serangan nyata.
“Ada kasus ketika kelompok ekstremis sayap kanan secara eksplisit meminta pengikut mereka untuk menyebarkan virus dengan batuk di lingkungan minoritas lokal mereka atau mendatangi tempat perkumpulan kelompok agama atau ras minoritas tertentu. Kelompok lain menganjurkan untuk menyebarkan penyakit COVID-19 di negara-negara dengan populasi besar atau tingkat polusi tinggi,” katanya.
Para peneliti UNICRI menggambarkan bagaimana para ekstremis, terutama kelompok sayap kanan, menggunakan media sosial untuk menyebarkan teori konspirasi dan disinformasi tentang virus tersebut.
Selain itu, mereka juga memperluas jaringan mereka dengan mengeksploitasi algoritme yang mengidentifikasi orang-orang yang mungkin simpatik dengan menekan tombol Like dan mengirimkan meme-meme tertentu.