Peneliti dan Ahli Ragukan Terma Lone wolf Untuk Pelaku Teror London

Bogor – Tidak lama setelah serangan teror yang menewaskan tiga orang dan melukai 40 orang di London, muncul spekulasi bahwa pelakunya adalah seorang serigala tunggal (lone wolf). Istilah lone wolf sendiri merujuk pada pelaku aksi teror yang tidak memiliki kaitan dengan kelompok teror manapun. Tentang penggunaan istilah ini untuk pelaku teror london, sejumlah ahli dan peneliti angkat suara.

Salah satunya adalah Renad Mansour, salah seorang peneliti di program Timur Tengah dan Africa Utara di Catham House, menyebut bahwa penggunaan istilah “Lone Wolf’ sangat problematik. Menurutnya, ketika para penjahat melakukan aksi kejahatannya, mereka bisa saja tidak memiliki kaitan langsung dengan kelompok penjahat, namun bukan tidak mungkin bahwa mereka adalah bagian dari korban propaganda kelompok jahat di dunia maya.

“ISIS memang masih belum bisa disebut sebagai organisasi pusat untuk ini, terkadang memang ada orang yang bergabung dengan ISIS di Suriah lalu kembali lagi ke negara asalnya, tapi tidak mudah untuk melihat kaitannya secara langsung,” ungkapnya seperti dikutip dari Independent.co.uk, Jumat (24/03/17).

Sementara Jean-Marc Rickli, peneliti di King’s College London dan the Geneva Centre for Security Policy bahkan meragukan konsepsi lone wolf.

“Konsep tentang Lone Wolf ini sulit, terutama karena di banyak kasus, pelaku kejahatan melakukan kontak dengan pelaku rekrutmen, atau orang-orang yang terlibat dalam organisasi itu,” sebutnya.

Ia menambahkan, “Serangan murni lone wolf sangat jarang terjadi, (kalaupun ada, red) mereka hanyalah pengecualian.”

Kelompok teroris internasional ISIS sendiri disebut tidak terlalu menyukai istilah lone wolf, sebagai gantinya, mereka memerintah anak buahnya untuk melakukan aksi kejamnya tanpa pernah merasa ‘sendirian’. Tahun lalu, sebelum terbunu dalam sebuah serangan pada Agustus tahun lalu, juru bicara ISIS, Abu Muhammad al Adnani memberikan perintah kepada para milisi ISIS yang tidak dapat bergabung dengan kelompoknya di Irak dan Suriah untuk melakukan aksi teror di mana pun mereka berada.