–
Paris – Para pendukung kelompok ISIS merayakan serangan teror di Nice dan Avignon, Prancis, dengan menyebarkan poster-poster bergambar mayat berlumuran darah di media sosial.
“Serangan terbaru di Prancis sudah dirayakan secara besar-besaran di seluruh komunitas jihadis,” kata kelompok pemantau propaganda teror online, SITE Intelligence Group.
Direktur SITE Intelligence Group, Rita Katz, mengatakan bahwa para jihadis pendukung ISIS sedang merayakan apa yang mereka sebut “kebebasan bertindak”.
Menurutnya, serangan baru di Prancis terjadi di tengah gelombang besar media jihadis yang mengutuk Prancis dan para kartunis Charlie Hebdo.
Para ekstremis yang terkait dengan ISIS dan al-Qaeda telah menangkap momen pemenggalan Samuel Paty awal bulan ini untuk memicu lebih banyak serangan terhadap Prancis. Paty adalah guru sejarah yang dipenggal pengungsi Chehchnya di pinggiran Paris pada 16 Oktober lalu setelah dia mempertontonkan kartun yang menghina Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam diskusi kebebasan berekspresi di kelas.
Katz mengatakan bahwa “prospek koordinasi” antara berbagai penyerang tampak semakin masuk akal, meski tidak dikonfirmasi.
Sementara itu, al-Qaeda menerbitkan siaran pers yang menyerukan “jihad” atau “perang suci” atas kartun Nabi Muhammad karya majalah satire Prancis; Charlie Hebdo.
“Perayaan besar-besaran di media sosial untuk terorisme, di mana para jihadis turun ke Twitter setelah pembunuhan terbaru,” kata Katz, seperti dikutip The Sun, Jumat (30/10/2020).
Pada Kamis kemarin, seorang wanita yang dipenggal termasuk di antara tiga orang yang dibunuh oleh seorang migran Tunisia dalam serangan pisau di gereja Notre-Dame Bacisilia di Nice. Serangan juga terjadii Avignon, namun tak ada laporan korban jiwa.
Sumber polisi menyebut tersangka dalam serangan di Nice bernama Brahim Aoussaoui, 21, pria asal Tunisia yang tiba di Eropa beberapa minggu lalu.
Jaksa penuntut Prancis mengatakan bahwa pelaku serangan di Nice menggunakan pisau berukuran 12 inci untuk membantai tiga pengunjung gereja. Pelaku kini berada di rumah sakit dengan luka serius setelah ditembak oleh polisi.
Korban pertama dalam serangan Nice diketahui bernama Vincent Loquès, yang dikenal sebagai penjaga gereja. Loquès, ayah dua anak, adalah seorang sakristan berusia 54 tahun di gedung itu, seorang petugas yang ditugaskan untuk mengurus gereja.
Korban kedua, seorang wanita berusia 60 tahun, ditemukan dicekik dan dipenggal di dalam gereja.
Korban ketiga, seorang wanita berusia 44 tahun, melarikan diri dari gereja pada pukul 08.54 pagi, tetapi meninggal di sebuah kafe di dekatnya karena luka-lukanya.