Pada hari Kamis (24/11/2016) penulis diundang menjadi narasumber TVOne pada acara Benang Merah dengan topik ‘Siasat Penyebar Info Sesat.’ Pada acara tersebut ditampilkan mistery guestdengan cover name Tony. Menarik apa yang diungkapkan Tony bahwa dia beserta teamnya melakukan penyebaran info sesat, melakukan kegiatan rahasia dalam operasi membentuk opini, disamping pengakuannya ada langkah counter opini juga dari mereka yang dia sebut side job intelijen. Penulis membantah itu bukan intelijen karena operasi intelijen selalu terutup dengan kompartmentasi yang ketat.
Inilah bukti kegiatan pemanfaatan sosial media untuk kegiatan politik yang juga menyentuh aspek keamanan. Berbahaya karena ulahnya memengaruhi 38 persen pemegang gadget (survey Yahoo) dimana banyak diantaranya sama sekali hanya menelan informasi yang benar ataupun penyesatan yang dilakukan oleh team Tony itu. Menurut penulis dari sisi intelijen taktis, apa yang terjadi saat ini memang di-design untuk sasaran taktis yaitu pemenangan Pilkada DKI Jakarta. Kapolri, Jenderal Pol Tito Karnavian, menyatakan, mereka yang melakukan demo pada tanggal 4 November 2016 (411) terdiri dari kelompok yang memang sudah lama anti Ahok, Gubernur non aktif (Petahana), kelompok yang terprovokasi pemberitaan penistaan agama Islam (80-85 persen) dan kelompok Khilafah (simpatisan ISIS, kini Islamic State).
Oleh karena itu Polri (Densus 88) kemudian melakukan pengembangan dan penangkapan beberapa sel ISIS di beberapa tempat dalam rangka mengantisipasi kemungkinan serangan teror. Penulis, melihat, bahwa kelompok teroris akan terus memanfaatkan momentum yang berkembang, atau mereka ada yang memanfaatkan. Oleh karena itu kembali penulis mencoba mengingatkan agar GNPF-MUI lebih waspada terhadap penyusupan teroris. Penulis perkirakan ada penunggang-penunggang gelap lainnya yang ahli dalam memainkan proxy war.
Penyusupan Khilafah Pada aksi Demo 411
Kapolri, Tito Karnavian berdasarkan laoran intelijen Polri, menyatakan ada kelompok garis keras jaringan teror ingin mengambil keuntungan dari aksi 4 November 2016 lalu di Jakarta. Keuntungan bagi kelompok garis keras tersebut masih pada batas mengambil momen untuk menyampaikan misinya. Dalam bahasa intelijen menurut penulis itu adalah penyampaian pesan eksistensi. Pernyataan Kapolri didukung dengan penangkapan sembilan teroris dari kelompok Abu Nusaibah oleh Densus 88 setelah demo 411 di Jakarta dan beberapa tempat lainnya. . Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar, Sabtu (26/11/2016) di Mabes Polri menjelaskan, “Awalnya yang ditangkap ada tujuh lalu berkembang menjadi sembilan orang. Mereka ini terdeteksi pemuda yang berba’iat langsung ke pimpinan ISIS. Mereka ikut merancang pelatihan dan berencana ikut chaos dalam demo 4 November,” katanya. Tapi belum terdeteksi memiliki hubungan dengan kelompok demo. Mereka melihat ini momen yang pas, mereka mau merebut senjata petugas, tapi petugas tidak bersenjata,” kata Boy.
Menurut Boy, mereka yang ditangkap oleh Densus; Pertama Saulihun alias Abu Nusaibah alias Abu Hilyah alias Abu Husnia alias Abu Faqih alias Abu Islam alias Abu Hasan alias Abu Iksan alias Pak Slamet. Saulihun secara aktif memberikan motivasi ke orang-orang untuk mendukung ISIS dan membaiat mereka. “Saulihun juga memanfaatkan kericuhan pada aksi damai 4 November untuk berhadapan dengan aparat hukum dan mengambil senjata mereka bila terjatuh,” ucap Boy Rafli Amar.
Ke Dua, Alwandi Supandi alias Abu Usama alias Aseng alias Sabeni berperan melakukan baiat di masjid Jakarta Pusat dan membantu pemberangkatan WNI ke Suriah. Ke Tiga Reno Suharsono alias Kholid alias Jack alias Alex, ke Empat yakni Wahyu Widada membantu memberangkatkan WNI ke Suriah. Ke Lima, Dimas Adi Saputra alias Ali pernah juga berusaha ke Suriah pada akhir 2015 melalui jalur Abumusaf namun gagal karena masalah tiket saat di Srilangka. Ke Enam Ibnu Aji Maulana alias Ibnu alias Indra (telah berba’iat) ke Abu Bakar Al-Baghdadi. Ke Tujuh dan ke Delapan Fuad alias Abu Ibrohim dan Zubaidar yang juga aktif membantu pemberangkatan WNI ke Suriah.
Ke Sembilan yakni Agus Setyawan alias Agus alias Andi Syahputra berperan memalsukan Kartu Keluarga, KTP, Akta Kelahiran hingga buku nikah dari para WNI yang hendak ke Suriah “Dari antara sembilan ini, ada beberapa teroris yang berencana ikut rusuh dalam demo 4 November lalu.” Menurut Boy Rafli Amar, salah satu tujuan mereka menyusupi aksi damai 4 November karena ingin merebut senjata petugas. Akan tetapi niat tersebut gagal karena seluruh pasukan baik TNI maupun Polri yang mengawal aksi damai 4 November dilarang membawa senjata. Ke Sembilan terduga teroris sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Pada hari Minggu, 13 November 2016, sekitar pukul 10.10 Wita seorang pria melemparkan bom ke arah Gereja Oikumene, Sengkotek, Kota Samarinda, Kalimantan Timur,. Saat itu, jemaat gereja baru saja selesai beribadah dan akan keluar menuju area parkiran. Balita bernama Intan Olivia Banjarnahor, 2,5 tahun, meninggal karena mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya. Tiga balita lain juga mengalami luka bakar.
Pelaku yang tertangkap atas nama Juhanda alias Joh alias Jo bin Muhammad Aceng Kurnia ( 32), menurut data pernah menjalani hukuman pidana 3,5 tahun penjara pada 2012 dan bebas bersyarat setelah mendapatkan remisi pada 28 Juli 2014. Juhanda merupakan anggota kelompok pelaku teror bom buku Puspitek yang dipimpin Pepi Fernando. Pepi divonis hukuman penjara 18 tahun pada awal Maret 2012. Juhanda tercatat terakhir jaringan dari Abu Bakar Ba’asyir, setelah dibina di LP.Menerik dicermati aksi pemboman ini, dapat diperkirakan sebagai pesan dan dapat menginspirasi sel lain teroris terkait situasi dan kondisi yang berpotensi konflik di DKI Jakarta.
Penangkapan Terduga Teroris dan Pembuat Bom
Penangkapan Pertama. Pada Jumat (18/11/2016) pagi Densus 88 menangkap lima pria terduga teroris di Desa Lubang Buaya, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi,.Mereka diamankan di tiga rumah kontrakan yang berbeda tetapi lokasinya berdekatan. Tim Densus 88 membawa barang bukti berupa buku dan dokumen, serta mobil bernopol B 1376 AY, ke Mabes Polri sebagai bahan penyidikan lebih lanjut.
Ketua RT 02, Ciman di Lubang Buaya mengatakan, kelima pria yang ditangkap itu baru menghuni rumah kontrakan satu bulan terakhir. Mereka belum melapor ke perangkat RT setempat. “Mereka jarang bergaul dan kesehariannya menjual pulsa ponsel dan listrik. Warga saja belum mengenal mereka,” ungkap Ciman kepada wartawan. Mereka cenderung menutup diri dengan warga sekitar. Bahkan, saat melayani pelanggan, mereka jarang melontarkan senyum dan hanya berbicara seperlunya.
Sang istri pengontrak selalu mengenakan cadar di bagian wajah. “Warga sempat menegur untuk melapor ke RT, tapi mereka tidak mau melapor,” katanya. Menurut Kapolsek Setu, rumah tersebut hanya dihuni oleh pasutri. Sedangkan empat pria lainnya diamankan di rumah kontrakan yang lain.
Penangkapan Ke Dua. Seorang laki-laki diduga terlibat jaringan kelompok teroris diamankan Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri di Kampung Pangkalan RT/RW 001/007 Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, pada Jumat (18/11/2016) sekitar pukul 09.30 WIB. Berdasarkan informasi pria yang ditangkap itu bernama Wandi Supandi (39), seorang wiraswasta.
Penangkapan Ke Tiga .Pada hari Rabu (23/11/2016) pukul 09.00 WIB di Desa Girimulya, RT 003 RW 005, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka sekitar pukul 09.00 WIB, Densus telah melakukan penangkapan terhadap terduga teroris berinisial RPW (24). Dalam pemeriksaan RPW, berniat memasang bom di tempat-tempat penting di Jakarta. Polisi menduga, bom yang dirakit RPW bisa menjadi bom berdaya ledak tinggi dan kekuatannya dua kali lipat bom Bali. RPW dan kelompoknya mengakui mengincar simbol-simbol demokrasi.
Menurut Karo Penmas Polri, Kombes Rikwanto, Jumat (25/11/2016), sasarannya adalah Gedung DPR, Mako Brimob, Mabes Polri, kedutaan Myanmar, stasiun TV (metro TV dan TVOne), tempat ibadah, dan kafe. RPW dan jaringannya mengincar tempat-tempat yang berpengaruh di Indonesia. Tujuannya, jika tempat-tempat itu berhasil diledakkan, maka mereka mendapat sorotan dunia. “Seperti bom Thamrin beberapa waktu lalu, mereka menyasar keramaian, mereka berani meledakkan, dan berani mati, itu gemanya mendunia. Jadi, ada efeknya,” kata Rikwanto.
RPW adalah anak didik Bahrun Naim yang masih di Suriah, dia juga anggota kelompok Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara (JADKN) yang dipimpin Bahrun Naim “RPW belajar buat bom dan bergabung (dengan ISIS) sudah tiga tahunan. Bahrun Naim juga memiliki kaitan dengan GRD, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 di Batam, Jumat (5/8/2016). GRD sendiri bersama lima anak buahnya di Batam telah ditangkap karena memberangkatkan WNI ke Suriah dan menampung dua orang Uighur bernama Ali dan Doni. Ali ditangkap di Bekasi bersama Abu Musab pada akhir 2015 lalu, Ali terkait dengan pelaku bom bunuh diri di Solo, Nur Rohman. Ali dijemput Nur dari Batam ke Bogor sebelum dititipkan ke Abu Musab di Bekasi (Baca artikel penulis : teroris-regional-terkoneksi-sel-isis-indonesia-rencana-meroket-singapura-seram ).
Bahan-bahan yang disita polisi dari rumah RPW di antaranya adalah Dinitrotoluena (DNT), Royal Demolition Explosive (RDX), Heksametilendiamin Peroksida (HMTD), dan bahan peledak alco. RPW diketahui memiliki laboratorium untuk membuat bahan peledak ternyata sudah menerima pesanan dari beberapa daerah. “Di rumah dia, di kamarnya, dia punya laboratorium untuk membuat senyawa kimia menjadi bahan peledak,” kata Rikwanto
Dalam membuat bahan bom, RPW dibantu oleh tiga rekannya dalam satu jaringan namun ketiga hingga kini masih buron. “Kelompok ini ternyata belajar membuat bahan peledak dari membaca beragam buku sampai artikel milik Oman Abdurrahman dengan judul kafir demokrasi. Bahkan dia juga belajar buat bom dari google, you tube dan lainnya,” katanya. Rikwanto menyatakan, bahan peledak buatan RPW memiliki kekuatan dua kali lipat dari bom rakitan yang pernah meledak di Bali. Menurutnya, bom pada aksi bom Bali II masih menggunakan bahan peledak yang bahannya masih low explosive. “Kalau kami bandingkan, bahan yang ditemukan di Majalengka bisa dua atau tiga kali kekuatan Bom Bali I dan II,” katanya
Menurut Rikwanto, RPW (24) bisa membuat laboratorium dan bahan peledak dikediamannya Desa Girimulya, RT 003 RW 005 Kec Banjaran Kab Majalengka karena mendapat dana dari dalam dan luar negeri. “RPW dapat dana dari dalam dan luar negeri, kalau dari luar negeri dari Taiwan, Arab Saudi, dan Malaysia. Aliran dana itu dari TKI disana, TKI ini sudah teradikalisasi. Pada rekening milik RPW ada uang Rp 32 juta, kiriman dari para TKI yang berasal dari delapan orang, lima dari dalam negeri berasal dari Sumatera, Jawa, Makassar, Jatim dan Aceh. Para TKI ini sudah mengetahui dana yang mereka kirimkan pada RPW untuk perjuangan mendirikan negara ISIS dan jihad.
Penangkapan Ke Empat. Pada hari Minggu (27/11) pukul 10.00 WIB Densus 88 menangkap terduga teroris bernama Saiful Bahri di Desa Baros, Serang, Banten, Saiful masih terkait dengan jaringan RPW (Rio Priatna Wibowo) yang ditangkap di Majalengka, Jawa Barat. “Tersangka turut merencanakan pengeboman di Gedung DPR RI, Mabes Polri, Kedutaan Myanmar dan Stasiun TvOne dan Metro TV,” kata Rikwanto.,
Penangkapan Ke Lima. Pada hari Sabtu (26/11) sekitar pukul 10.30 WIB. Densus 88 juga meringkus terduga teroris lainnya bernama Bahrain Agam di Desa Blang Tarakan, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara. Bahraini Agam, 36 tahun, warga Desa Gunci, Sawang. Bahraini kini ditahan di Markas Brimob Kompi B Jeuleukat Lhokseumawe atas dugaan kasus terorisme masuk dalam jaringan Majalengka.
Kelompok jaringan Rio merupakan sel JAD (Jamaah Anshorud Daulay), “Peran yang bersangkutan turut serta membantu Rio dalam pembuatan laboratorium bahan peledak high explosive untuk amaliyah,” kata Kadiv Humas Polri Boy Rafli Amar.
Kemungkinan Penyusupan Teroris Pada Rencana Demo 2 Desember 2016
Kelompok teroris yang tergabung dalam gerakan radikal terbukti telah menyusup dalam aksi damai 4 November 2016. Terlihat jelas dengan tertangkapnya sembilan teroris kelompok Abu Nusaibah oleh Densus 88 di Bekasi dan Jakarta.
Menyikapi rencana demo GNPF-MUI atau (Aksi Bela Islam jilid III) pada 2 Desember 2016 nanti, Polri jelas mengkhawatirkan dan mewaspadai. “Kami waspadai aksi penyusup atau penumpang gelap,” kata Boy Rafli Amar, Sabtu (26/11/2016) di Mabes Polri. Boy Rafli menyebut bahwa ada tujuan lain pada rencana aksi Bela Islam jilid III 2 Desember 2016 mendatang. Tujuan itu, kata dia, adalah tujuan lain yang mempunyai afiliasi dari gerakan kelompok radikal ISIS. “Tujuan demo ini, faktanya, sudah ada niatan lain yaitu ingin dicampur adukan dengan tujuan tertentu. Tujuan itu yang berafiliasi pada paham-paham ISIS,” ungkapnya di Jakarta, Minggu (27/11/2016).
Boy menjelaskan, hal itu didapatkan olehnya berdasarkan pada laporan-laporan intelijen yang menjelaskan bahwa banyak pihak yang menginginkan ketidakstabilan keutuhan NKRI. “Hal itu perlu kita waspadai terutama kekuatan dari luar negeri karena ada upaya yg dilakukan dari luar negerii yang kita tidak sadari,” tambahnya.
Analisis dan Kesimpulan
Dengan beberapa fakta-fakta tersebut, maka Aksi Bela Islam ke-III fari GNPF-MUI yang akan dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2016 menurut penulis sangat perlu diwaspadai justru oleh GNPF sendiri. Penulis masih meyakini bahwa geliat politik di Jakarta adalah masalah taktis terkait dengan Pilkada.
Munculnya pernyataan “makar” oleh Kapolri bisa di mengerti karena adanya laporan intelijennya yang menilai dari sudut pandang hukum dan penanggung jawab keamanan ,sudah ada yang merencanakan melampaui batas lampu kuning. Seperti rencana pendudukan Gedung DPR dan akan dilakukan penekanan yang selama ini diberitakan, itu aksi makar dari sudut pandang hukum (unkonstitusional). Pertemuan antara Kapolri dengan pimpinan GNPF yang menyepakati demo akan dilaksanakan secara damai di Monas merupakan upaya menetralisir kemungkinan timbulnya pemanfaatan demo menjadi aksi riot (kerusuhan). Waspadai aksi unjuk rasa dengan tema ‘super damai’, apakah demikian?
Sementara dari pernyataan beberapa pejabat jajaran TNI, belum ada kesimpulan ancaman makar, karena memang wilayahnya dari sisi dan sudut pandang pengambil alihan pemerintah yang sah dengan kekerasan dan kekuatan bersenjata. Makar tanpa dukungan kekuatan senjata kemungkinan berhasilnya kecil. Oleh karena itu pendapat para pemegang amanah tersebut sama-sama dapat diterima. Masyarakat tidak perlu meributkan pendapat yang disampaikan, semua demi kewaspadaan dan menetralisir kegelisahan publik karena memang ada yang meracuni pemberitaan.
Justru penulis agak khawatir, Demo 2 Desember 2016 akan dimanfaatkan oleh kelompok tertentu serta penunggang-penunggang lainnya. Apakah sistem pengamanan GNPF mampu mendeteksi ancaman tersebut? Rantai Khilafah akan berada pada puncak aksi demo, mereka akan menggeser isu aksi bela Islam menjadi menjadi isu Negara Islam. ISIS global kinipun sudah berganti nama menjadi Islamic Stateatau “Negara Islam.” Nah, bukankah melekatkannya tidak terlalu sulit? Ingat, para penempur-penempur itu sudah kembali ke sini dan mereka jihadis yang terlatih dan siap berjihad. Ini yang perlu diwaspadai oleh GNPF dan kita semua.
Sense of intelligence penulis sepertinya tidak jauh dengan Kapolri yang pakar terorisme. Secara hitungan, minimal ada serangan yang bisa mereka lakukan sebagai pesan eksistensi baik kepada sel tidur lainnya, juga kepada para handler-nya di Suriah. Disamping juga untuk menimbulkan rasa takut. Proxy war bisa dilaksanakan selain oleh negara ketiga, atau LSM, juga kelompok teroris. Pakem intelijen dalam mengamati aksi teror, indikasi menyerang apabila mereka sudah menyiapkan ‘safe house’ di wilayah dimana serangan akan dilakukan. Dalam minggu-minggu terakhir ada dua safe houseterbongkar, di Kalideres dan Lubang Buaya. Kira-kira begitu.