Tangerang Selatan – Pemahaman agama yang dilakukan hanya melalui pendekatan tekstual tanpa memadukan dengan pendekatan kontekstual akan menyebabkan pemahaman yang kaku serta dapat menyebabkan sesat dalam pikir dan tindakan. Hal inilah yang dialami oleh kelompok teroris Islamic State of Irak and Suriah (ISIS).
Demikian disampaikan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menanggapi sesat pemahaman keagamaan ISIS. Ia menegaskan melalui Pendidikan Islam Kementerian Agama mencoba untuk menyeimbangkan antara pendekatan teks itu dengan keilmuan nalar.
“ISIS misalnya di luar dirinya kafir semua, lalu begitu kaku menerjemahkan agama karena terlalu bertumpu kepada teks,” ujarnya usai membuka kegiatan Internasional Islamic Education Expo (IIEE) di Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/11/2017) malam.
Dikutip dari laman republika.co.id Lukman menjelaskan dengan hanya bertumpu pada teks, kelompok seperti ISIS akhirnya tidak dapat merespon tuntutan dan dinamika yang berkembang saat ini. Karena itu, Perguruan Tinggi Islam atau Pesantren saat ini mengajarkan agar tidak hanya menggunakan pendekatan tekstual saja.
“Tidak diimbangi teks dengan konteks, sehingga tercerabut dari teks ayat-ayat alquran dan hadis. Kita sebagaimana diwariskan pesantren selalu mensinergikan pendekatan ini,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa tokoh umat Islam saat ini harus selalu menjaga warisan para ulama terdahulu bahwa pendidikan Islam harus diajarkan secara seimbang antara pendekatan tekstual dan kontekstual. Karena menurut dia, teks dan konteks selalu saling mengisi dalam menyelesaikan persoalan keagamaan.
“Teks dan konteks senantiasa di gunakan bersama untuk saling mengisi tidak untuk diperhdapkan, kontradiksikan. Paham ekstrem itu terlalu mengagungkan atau mendewakan teks dan menafikan yang lain,” katanya.