Serang – Isu radikalisme tetap menjadi persoalan yang harus ditangkal oleh masyarakat, terutama kalangan pemuda sebagai generasi bangsa. Bahkan, sebagian kelompok menjadikan isu radikalisme untuk kepentingan politik dan kepentingan ekonomi.
Pernyataan itu mencuat saat kegiatan diskusi terfokus (FGD) sejumlah elemen mahasiswa antara lain Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di Anyer, Kabupaten Serang, Banten, Rabu (20/3).
Hadir pada kegiatan itu pemantik diskusi antara lain, aktivis literasi Malik Mugni, Akademisi Untirta Banten Ikhsan Ahmad, Koordinator Jaringan Rakyat untuk Demokrasi dan Pemilu (JRDP), Nana Subana dan ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Banten.
Dalam paparannya, Malik Mugni mengatakan, dampak dari pemahaman yang salah soal ideologi agama, telah menyebabkan peristiwa kericuhan di beberapa wilayah di Indonesia. Bahkan, kata dia, sebagian kalangan menyebut radikalisme seperti teori ilmuwan politik, Samuel P Huntington.
Baca juga : Densus 88 Antiteror Tangkap Terduga Teroris di Berau, Diduga Jaringan Sibolga
“Bahwa radikalisme adalah benturan peradaban atau clash of civilization,” kata Malik.
Ia menegaskan, ada kelompok tertentu yang memupuk radikalisme di Indonesia. Tujuannya, ujar dia, untuk kepentingan politik dan kepentingan ekonomi semata.
“Sampai kapanpun pemuda harus peduli dengan masalah itu, banyak yang melakukan perlawanan dan pemberontakan sehingga terjadi ketidak stabilan dalam kehidupan berbangsa,” tuturnya.
Paling parah, kata Malik, ada kelompok tertentu yang menjadikan orang tidak alim atau tidak memiliki kapasitas sebagai pemuka agama seperti Sugik Nur, namun dijadikan kiblat untuk belajar agama.
“Ini eranya, spiritualisme menjadi barang mewah. Masyarakat sedang diganggu dengan isu keagamaan, bagaimana masyarakat di-brain storming hanya karena jago retorika, bahkan ada kelompok yang meyakini hoaks dan fitnah bagian dari siyasah,” ucapnya.
Ia mengajak kepada para generasi muda untuk menjaga ideologi negara agar tidak pupus oleh massifnya radikalisme. Menurut dia, usaha itu bukan untuk generasi muda saat ini tetapi untuk anak cucu generasi sekrang puluhan tahun mendatang.
Sementara itu, Koordinator JRDP, Nana Subana, mengatakan masyarakat Indonesia harus banyak bersyukur. Sebab, dibandingkan dengan negara lain Indonesia sudah sangat demokratis.
“Kedewasaan berdemokrasi oleh rakyat sudah semakin dewasa. Bisa dicek, meski saat Pemilu situasi di masyarakat panas tetapi tidak pernah ada kericuhan akibat Pemilu,” tuturnya.
Ia mengungkap isu yang dibangun oleh sebagian kelompok hanya sebatas isu-isuan bukan isu serius. Karena, sekuat apa pun isu tidak pernah mengubah regulasi Pemilu yang ada.