Jakarta – Generasi muda harus mampu menjadikan bangsa Indonesia hidup
terus dalam kerukunan. Hal itu disampaikan Ketua Majelis Ulama
Indonesia Bidang Kerukunan Antar umat Beragama, Dr KH Yusnar Yusuf
Rangkuti dalam kegiatan sosialisasi kerukunan antar umat beragama di
kalangan pemuda dan mahasiswa lintas agama yang berlangsung di Aula
Buya Hamka, Gedung MUI Pusat, Jakarta pada Kamis lalu.
“Pemuda dan mahasiswa harus bisa menjadikan bangsa ini menjadi rukun,
dan yang perlu menasehatinya adalah para tokoh-tokoh lintas agama,”
kata Buya Yusnar, panggilan karibnya dikutip dari MUI Digital.
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah mahasiswa sebagai generasi muda
yang harapannya generasi muda bisa menerapkan kerukunan untuk bangsa
Indonesia
Menurut Buya Yusnar, kegiatan sosialisasi kerukunan lintas agama ini
menjadi bagian dari rentetan kegiatan untuk membangun pemahaman dan
sikap keberagamaan yang menjunjung tinggi kerukunan.
Hal itu, kata dia, juga didorong oleh sejumlah pertanyaan yang muncul
di kalangan pemuda. Termasuk di dalamnya menyangkut pertanyaan soal
perbedaan agama Kristen Katholik dan Kristen Protestan.
“Hari ini, salah satu dari pada poin dari ini (pertanyaan perbedaan
Kristen Katolik dan Kristen Protestan) sudah mulai tampak,” ujarnya.
Fakta tersebut, menurut Buya Yusnar, menunjukkan adanya kesadaran di
kalangan mahasiswa terhadap pentingnya kerukunan umat beragama dalam
membina kehidupan warga negara.
Sebab tanpa adanya kerukunan tersebut, lanjutnya, kehidupan berbangsa
dan bernegara tidak akan bisa terbina.
“Hal ini semakin tampak bahwa mahasiswa sebagai generasi muda sudah
mulai memahami pentingnya kerukunan. Sebab tanpa kerukunan,
pembangunan tersebut tidak akan bisa dilakukan,” kata Buya Yusnar.