Di tengah derasnya laju informasi dan demokrasi seperti yang terjadi saat ini, penyebaran pola pikir serta kebebasan untuk mengungkapkan pendapat mengalami peningkatan yang tajam. Tidak terkecuali pola pikir yang mengarah pada radikalisme dan terorisme. Imbas langsung dari menyebarnya pola pikir yang menjunjung tinggi kekerasan tersebut adalah tumbuhnya pemikiran dan sikap yang kaku dan cenderung ingin menang sendiri; anti terhadap perbedaan dan memungkiri realita kemajuan zaman.
Kalangan generasi muda adalah salah satu sasaran utama bagi penyebaran paham kekerasan di atas, pemuda yang umumnya masih disibukkan dengan pencarian jati diri dijejali dengan pemikiran-pemikiran yang berorientasi pada kekerasan, sehingga dikemudian hari mereka tumbuh menjadi generasi yang tidak bisa menghargai dan anti terhadap toleransi.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka negara perlu hadir untuk segera melakukan tugasnya dalam melindungi masyarakat dari bahaya radikalisme dan terorisme. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah, melalu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), adalah dengan menggalakkan upaya pencegahan dari sisi pola pikir (kognitif), yakni melawan pemahaman yang kasar dengan pola pikir yang benar. Pendekatan ini lebih fokus pada upaya membangun pemahaman yang positif di kalangan masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan.
Karena alasan itu pula, hari ini (Senin, 26 Oktober 2015), BNPT kembali mengumpulkan ratusan tokoh pemuda dan perempuan untuk melakukan dialog publik sebagai bagian dari upaya pencegahan seperti dijelaskan di atas. Kegiatan yang berlangsung di Gedung Hall of Blessing. Mall ITC Cempaka Mas, Jakarta ini mengangkat tema “Dialog Publik Peran Tokoh Pemuda Dan Perempuan Dalam Pencegahan Terorisme Di Provinsi DKI Jakarta”.
Selain bertujuan untuk meningkatkan pemahaman agama dan keindonesiaan, kegiatan di atas juga dimaksudkan untuk menjalin kerjasama dengan para pemuda dan perempuan dalam rangka penguatan kewaspadaan, kepedulian, dan daya tangkal masyarakat terhadap pengaruh paham radikal terorisme. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mulai membentuk Duta Kontra Terorisme (DKT) di Provinsi DKI Jakarta yang berasal dari Pemuda dan Perempuan