Bengkulu — Di tengah derasnya arus informasi dan ancaman penyebaran paham radikal di kalangan generasi muda, langkah konkret dilakukan oleh Subdirektorat Sosial Budaya Ditintelkam Polda Bengkulu bekerja sama dengan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Provinsi Bengkulu.
Melalui gelaran Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Moderasi Beragama dalam Pencegahan Radikalisme di Kalangan Remaja, Pelajar dan Pemuda”, para peserta dari berbagai unsur strategis bersatu untuk memperkuat ketahanan ideologi bangsa.
Acara yang digelar pada Minggu (6/7) di Hotel Willo, Kota Bengkulu, ini melibatkan lintas elemen—mulai dari Kanwil Kemenag Bengkulu, GP Ansor, organisasi mahasiswa, hingga perwakilan marbot masjid. Tujuannya jelas: membangun kesadaran bersama bahwa nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan yang moderat harus ditanamkan sejak dini kepada pelajar dan pemuda.
Dalam pemaparannya, Fatrica Syafri, M.Pd., Ketua Moderasi Beragama UIN FAS Bengkulu, menekankan bahwa radikalisme tidak bisa ditangkal hanya dengan larangan atau narasi negatif, tetapi dengan penguatan pola pikir yang inklusif dan terbuka.
“Pemuda harus dibekali pemahaman agama yang toleran dan berpikiran luas. Pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan harus diperluas di semua lini,” ujarnya.
Senada, Dr. Abdul Qohar, Ketua FKPT Bengkulu, mengingatkan bahwa pendekatan preventif berbasis Pancasila menjadi kunci utama dalam menjaga anak muda dari pengaruh ekstremisme.
“Pemahaman terhadap ideologi negara dan nilai-nilai keagamaan yang damai akan menjadikan pemuda sebagai agen perdamaian, bukan sasaran radikalisasi,” tegasnya.
Sementara itu, Dr. Subhan Amin, dosen STIESNU Bengkulu, menyoroti pentingnya kerja sama antara keluarga, sekolah, dan negara dalam membentengi remaja.
“Pancasila harus menjadi filter dalam kehidupan sehari-hari. Jika tertanam kuat, maka paham ekstrem tak akan punya ruang tumbuh,” katanya lugas.
Dalam sesi diskusi, Wibowo Susilo, Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Bengkulu, turut mengingatkan bahwa media digital kini menjadi ladang baru bagi penyebaran narasi radikal. Literasi digital, menurutnya, harus segera menjadi prioritas.
“Pemuda harus melek informasi. Mereka perlu diberdayakan agar tidak mudah terseret arus hoaks atau propaganda ekstrem,” tuturnya.
FGD ini menjadi ruang strategis untuk merumuskan langkah konkret bersama dalam memperkuat benteng ideologi bangsa. Ketua IPNU Bengkulu, Nurul Hidayah, berharap kegiatan ini menjadi awal dari gerakan pemuda yang tangguh, cerdas, dan siap menjaga keutuhan NKRI.
“Pemuda adalah benteng terakhir bangsa. Kita semua harus bersatu, karena pertarungan ideologi tidak bisa ditunda,” pungkasnya.
Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, forum ini menjadi bukti nyata bahwa ketahanan bangsa di era digital harus dibangun melalui sinergi, bukan sekadar narasi simbolik.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!