Tarakan – Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangbangpol) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Agus Sutanto, mengepresiasi dilaksanakannya kegiatan Rembuk Nasional “Perempuan Pelopor Perdamaian” di Tarakan, Rabu (31/5/2017). Kegiatan ini disebutnya sebagai bagian dari upaya membangun kewaspadaan dini terhadap paham radikal terorisme.
“Perbatasan Kaltara dengan negara tetangga Indonesia sangat panjang, ada darat dan laut. Karena itu penting untuk dibangun kewaspadaan dini di masyarakat agar bahaya terorisme bisa dipahami dan dicegah,” kata Agus saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan kegiatan.
Agus menambahkan, berdasarkan pemetaan yang dilakukan wilayahnya tergolong rawan terorisme. Garis perbatasan dengan negara tetangga yang panjang dinilai sebagai salah satu penyebabnya. “Terbukti pernah ada kejadiannya, bagian dari kelompok terorisme yang melintas dan bahkan ditangkap di Kaltara. Kegiatan ini kami nilai penting agar masyarakat selalu waspada,” tegasnya.
Terbentuknya Majelis Kebangsaan sebagai target dari kegiatan Rembuk Nasional “Perempuan Pelopor Perdamaian”, lanjut Agus, diharapkan menjadi wadah aspirasi dalam peningkatan peran perempuan di tahap pencegahan terorisme.
“Ibu-ibu ke depan kami harapkan bisa saling bertukar pemahaman bagaimana mencegah terorisme. Salah satunya yang sekarang sangat mengkhawatirkan, yaitu perkembangan media sosial. Jangan mudah percaya dengan setiap informasi yang beredar, diskusikan di majelis kebangsaan,” ujar Agus.
Kegiatan Rembuk Kebangsaan “Perempuan Pelopor Perdamaian” di Tarakan terlaksana atas kerjasama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltara. Kegiatan ini sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia di sepanjang tahun 2017.
Ketua FKPT Kaltara, Usman Faqih, dalam sambutannya menyoroti peran ibu sebagai madrasatul ula atau sekolah pertama. Perempuan sebagai ibu dalam rumah tangga diharapkan bisa menjadi bagian dari pencegahan paham radikal terorisme, dimulai dari lingkungan terkecil di dalam keluarga.
“Ada istilah ummu madrasatul ula. Kami harapkan setelah mengikuti kegiatan ini Ibu-ibu bisa semakin paham dan menerapkan di keluarganya masing-masing, bagaimana mencegah paham radikal terorisme,” kata Usman. [shk/shk]