Jakarta – Peneliti Kajian Strategi Intelijen (PKSI) Universitas Indonesia (UI), Ridlwan Habib menilai bahwa rencana delapan terduga teroris Jaringan Cilegon, Banten, memindahkan kamp-kamp pelatihan militernya dari Poso, Sulawesi Tengah ke Halmahera, Maluku Utara, merupakan strategi jitu.
“Banyak keuntungan yang didapat para terduga teroris dengan memindahkan kamp pelatihan ke Halmahera. Pertama, karena Halmahera itu dekat dengan Mindanao di Filiphina Selatan. Dengan mendekati Mindanao, para teroris itu berharap dapat diuntungkan karena pasokan senjata api dan amunisi lebih dekat dan mudah,” kata Ridlwan, Minggu (26/3/2017)
Kedua, struktur wilayah Halmahera yang berada di kepulauan. “Dengan berada di kepulauan, orang yang mendekati wilayah mereka, dapat mudah terpantau. Dan yang terpenting, tidak mudah untuk menjangkau wilayah mereka. Harus orang terlatih seperti Marinir yang dapat menjangkau wilayah mereka,” lanjutnya.
Sebelumnya disebutkan, penggerebekan delapan orang terduga teroris di lima lokasi berbeda pada Kamis (23/3/2018) oleh Densus 88 Polri berhasil mengungkap sebuah rencana pelatihan mirip dengan yang pernah direncanakan di Poso.
Kedelapan orang itu diduga terlibat dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan berkolaborasi dengan kelompok teroris dari Filipina Selatan merencanakan pembentukan suatu pelatihan di Halmahera.