Kabul – Pemimpin Taliban Mawlawi Hibatullah Akhundzada mengatakan bahwa implementasi perjanjian “bersejarah” kelompoknya dengan Amerika Serikat (AS) adalah kunci untuk mengakhiri perang di Afghanistan dan membuka jalan bagi pasukan AS untuk keluar dari negara itu.
“Taliban berkomitmen terhadap perjanjian yang ditandatangani dengan Amerika dan mendesak pihak lain untuk menghormati komitmennya sendiri dan tidak membiarkan kesempatan kritis ini menjadi sia-sia,” kata Akhundzada, seperti dikutip dari VOA, Kamis (21/4/2020).
Pemimpin Taliban itu membuat pernyataan dalam sebuah pesan yang dirilis sehubungan dengan perayaan Idul Fitri, yang menandai akhir bulan puasa Ramadhan.
“Mari kita bergerak maju dengan fase implementasi sehingga jalan aspal untuk penarikan pasukan AS untuk perdamaian dan keamanan di Afghanistan dan wilayah lainnya,” kata Akhundzada.
Meningkatnya pertempuran antara pasukan keamanan Afghanistan dengan Taliban telah mengancam kesepakatan penting AS dengan kelompok gerilyawan itu. Kesepakatan itu mengharuskan AS dan pasukan koalisi untuk meninggalkan Afghanistan pada pertengahan Juli 2021, mengakhiri intervensi militer luar negeri terpanjang di Amerika.
“Saya mendesak para pejabat Amerika untuk tidak memberi siapa pun kesempatan untuk menghalangi, menunda dan akhirnya menggagalkan perjanjian bilateral yang diakui secara internasional antara kami dan Anda,” kata Akhundzada.
Pesan ini bertepatan dengan kunjungan terbaru utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad ke wilayah tersebut. Khalilzad adalah sosok yang bernegosiasi dan menandatangani kesepakatan dengan Taliban pada 29 Februari lalu.
Utusan Amerika itu mengunjungi Qatar untuk mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Taliban yang bermarkas di sana sebelum bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul pada Rabu waktu setempat.
Pemerintah Afghanistan dan Taliban telah saling menyalahkan karena memicu permusuhan baru-baru ini di medan perang. Sementara itu teroris ISIS juga telah melakukan serangan mematikan, sebagian besar menargetkan warga sipil Afghanistan.
PBB mengatakan dalam sebuah laporan yang dikeluarkan minggu ini bahwa kekerasan baru telah membunuh dan melukai ratusan warga sipil Afghanistan selama enam minggu terakhir.