Berlin – Pemimpin de facto ISIS Jerman, Abu Walaa dijatuhi hukuman penjara 10 tahun 6 bulan penjara oleh pengadilan Jerman. Abu Walaa adalah penceramah terkenal asal Irak, Abu Walaa.
Seperti dilansir AFP, Rabu (24/2/2021) pria berusia 37 tahun itu diadili bersama tiga pria lainnya dalam persidangan berpengamanan tinggi yang dimulai pada 2017 di kota Celle, Jerman utara. Abu Walaa didakwa atas keanggotaannya di ISIS, sementara tiga terdakwa lainnya didakwa mendukung organisasi teroris itu.
“Putusan itu menandai akhir dari ‘kasus khusus’ yang sangat panjang dan sangat kompleks”, kata hakim Frank Rosenow.
Abu Walaa divonis setelah 245 hari pemeriksaan. Tiga rekan terdakwa dijatuhi hukuman penjara mulai dari empat hingga delapan tahun karena mendukung ISIS.
Sebelumnya, jaksa menuntut hukuman penjara 11,5 tahun untuk Abu Walaa. Namun pihak pembela menuntut pembebasannya. Abu Walaa sendiri menolak untuk membuat pernyataan penutup minggu lalu.
Abu Walaa memiliki nama asli Ahmad Abdulaziz Abdullah Abdullah dan dituduh menjadi perwakilan ISIS di Jerman. Ia disebut melakukan radikalisasi kaum muda di Eropa dan membawa mereka untuk berangkat ke Irak dan Suriah.
Tuduhan terhadap Abu Walaa didasarkan atas kesaksian seorang informan dinas keamanan Jerman. Informan itu menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengumpulkan bukti. Ia dibebaskan dari kesaksian langsung di depan pengadilan guna menghindari bahaya yang mengancam dirinya.
Informan kunci lainnya adalah seorang bekas militan yang setuju bekerja sama setelah kembali ke Jerman dari wilayah yang dikuasai ISIS. Ia memberi tahu penyidik bagaimana dia telah menjadi bagian dari jaringan Abu Walaa sebelum melakukan perjalanan ke Suriah.
Pengacara Abu Walaa, Peter Krieger, bersikeras bahwa kesaksian dua informan itu tidak dapat dipercaya. Dia mengatakan kepada pengadilan bahwa saksi kunci adalah seorang “pembohong terkenal”.
Abu Walaa tiba di Jerman sebagai pencari suaka pada 2001, dan ditangkap pada November 2016 setelah penyelidikan panjang oleh Dinas Keamanan Jerman.
Berbasis di sebuah masjid di Hildesheim, Lower Saxony, dia diduga telah merekrut sedikitnya delapan orang – kebanyakan dari mereka masih sangat muda ke ISIS, termasuk sepasang saudara kembar Jerman yang melakukan serangan bunuh diri di Irak di 2015.
Ia dijuluki “penceramah tanpa wajah” karena semua video ceramahnya dilakukan dengan membelakangi kamera. Abu Walaa juga dituduh menggaungkan jihad di masjid Hildesheim, yang sejak saat itu ditutup.
Abu Walaa diduga dibantu oleh satu dari tiga remaja yang dihukum karena serangan bom tahun 2016 di sebuah kuil Sikh di Essen, Jerman barat.
Teroris terkenal lainnya yang diduga terkait dengan Abu Walaa adalah Anis Amri, warga Tunisia yang menewaskan 12 orang ketika dia mengendarai truk ke pasar Natal Berlin pada tahun 2016. Amri terbunuh oleh polisi di Italia saat melarikan diri. Meski begitu, hubungan antara Amri dan Abu Walaa masih belum terbukti.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Jerman, pasukan keamanan telah mencegah 17 serangan ISIS sejak 2009, mayoritas sejak serangkaian serangan yang berhasil pada 2016.