Kabul – Seorang pejabat senior Afghanistan mengatakan kesepakatan damai pemerintah Afghanistan dan Taliban sudah sangat dekat setelah memecahkan kebuntuan dalam masalah dari kedua belah pihak.
Pembicaraan damai telah dimulai di Doha pada 12 September, tetapi ada banyak masalah tentang ketidaksepakatan, meliputi kerangka dasar diskusi dan interpretasi agama.
Sementara, kekerasan masih terus berkecamuk di Afghanistan dengan serangkaian serangan roket, terakhir pada Sabtu (21/11/2020) di Kabul, yang menewaskan sedikitnya 8 orang.
Dikutip dari AFP, Minggu (22/11/2020), Taliban yang merupakan garis keras Sunni, membantah bertanggung jawab dan serangan itu diklaim oleh kelompok ISIS.
“Kami belum bergerak ke arah diskusi tentang substansi utama negosiasi, agenda utama,” kata Abdullah Abdullah, ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, dalam sebuah wawancara dengan AFP selama kunjungan ke Turki.
Namun, ia memberikan alasan untuk optimisme. “Kami dekat, kami sangat dekat. Mudah-mudahan kami melewati fase ini dan sampai pada masalah substansial” termasuk keamanan.
Komentar Abdullah datang sehari setelah seorang pemimpin senior Taliban yang berbasis di Pakistan mengatakan kepada AFP bahwa “kemajuan yang memadai” telah dibuat.
Abdullah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat di Istanbul, saat Afghanistan mencari dukungan untuk negosiasi dari Turki.
Pasukan Turki telah mengambil bagian dalam Pasukan Bantuan Keamanan Internasional NATO di Afghanistan, sementara Turki juga telah menjadi negara transit bagi warga Afghanistan yang melarikan diri dari kekerasan dan mencari perlindungan di Eropa.
Abdullah juga mengatakan pasukan AS harus mundur dari Afghanistan “jika persyaratan terpenuhi”.
Pemerintahan Presiden Donald Trump mengatakan pada November, bahwa akan menarik 2.000 dari 4.500 tentaranya dari Afghanistan pada Januari. Abdullah memperingatkan bahwa langkah itu akan memiliki “beberapa dampak”.