Jakarta – Pesta olahraga negara-negara Asia (Asian Games) 2018 telah dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo dengan atraksi kolosal yang sangat meriah, Sabtu (18/8/2018) malam. Tari Saman, Tari Kecak, dramatisasi penyalaan api Asian Games 2018 yang dilakukan mantan-mantan atlet nasional, serta pergelaran musik dengan menampilkan deretan penyanyi top Indonesia menciptakan harmoni indah sesuai semboyan Asian Games 2018 Energy of Asia. Tak pelak suasana suasana Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) seakan bermandikan bintang dan cahaya.
Belum lagi dengan defile para peserta dari 45 negara. Defile itu dilaksanakan seperti sebuah karnaval kelas dunia dimana setiap kontingen diawali seorang pembawa nama negara yang memakai kostum Garuda Emas. Penyambutan ala Indonesia membuat tamu-tamu dari mancanegara merasa takjub dan terhibur. Mereka juga semakin nyaman merasa diperlakukan dan disambut dengan sangat baik. Hal itu dikatakan Presiden OCA Syeikh Ahmad Al Fahad Al Sabah.
Penyambutan ala Indonesia itu juga sesuai dengan ajaran agama Islam dimana dimana tuan rumah hendaknya menyiapkan tempat yang baik, keramahan serta hidangan yang terbaik. Hal itu diakui mantan rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE. Sebagai muslim dan orang Indonesia, ia ikut berbangga menyaksikan pembukaan Asian Games 2018.
“Pembukaan Asian Games sangat spektakular; memperkuat harkat dan martabat Indonesia. Semua pertunjukan pada pembukaan itu kompatibel belaka dengan ajaran Islam tentang perlunya membangkitkan dan memperkuat kebanggaan dan cinta pada tanahair Indonesia,” ujar Azyumardi di Jakarta, Minggu (19/8/2018).
Menurutnya, apa yang disuguhkan panitia Asian Games 2018 (Inasgoc) sudah sangat mencerminkan Indonesia dan Islam. Kombinasi budaya dan modernisasi itu sangat sejalan semangat bangsa Indonesia yaitu semangat Bhinneka Tunggal Ika. Itu juga membuktikan Indonesia sudah sangat siap bersaing dengan negara-negara besar Asia lainnya.
“Semua itu membuktikan bahwa sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar Indonesia bisa–tidak hanya menyelenggarakan Asian Games, tapi bahkan juga Olimpiade,” tukas cendekiawan muslim Indonesia yang dua kali mendapat gelar kebangsawanan dari Kerajaan Inggris dan Jepang ini.