Doha – Pembicaraan perdamaian antara Taliban dan pemerintah Afghanistan mulai digelar pada hari Minggu (13/9/2020) kemarin. Usul gencatan senjata permanen ialah salah satu dari banyak tantangan utama dalam perundingan ini.
Dikutip dari AFP, Minggu (13/9/2020) sebuah upacara pembukaan yang apik di ibu kota Qatar, Doha, pada hari Sabtu (12/9) menandai proses pembicaraan pemerintah Afghanistan, dan sekutu termasuk AS, yang menyerukan gencatan senjata.
Namun Taliban, yang telah melakukan kampanye gerilya melawan keduanya sejak mereka dipaksa turun dari kekuasaan pada 2001, tidak menyebutkan gencatan senjata saat mereka sampai di meja perundingan.
Kepala proses perdamaian untuk pemerintah Afghanistan menyarankan bahwa Taliban dapat menawarkan gencatan senjata dengan imbalan pembebasan lebih banyak pejuang mereka yang dipenjara.
“Ini bisa jadi salah satu gagasan mereka atau salah satu tuntutan mereka,” kata Abdullah Abdullah, ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional Afghanistan.
Negosiasi akan sulit dan berantakan, para delegasi memperingatkan selama upacara pembukaan, dan akan dimulai bahkan ketika kekerasan mematikan terus mencengkeram Afghanistan.
“Kami pasti akan menghadapi banyak tantangan dalam pembicaraan selama beberapa hari, minggu dan bulan mendatang,” kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo saat ia menyerukan pihak yang bertikai untuk “memanfaatkan kesempatan ini” untuk berdamai.
Hampir dua dekade sejak invasi pimpinan AS yang menggulingkan Taliban, perang masih menewaskan puluhan orang setiap hari dan ekonomi negara itu telah hancur hingga mendorong jutaan orang ke dalam kemiskinan.
Taliban telah lama khawatir bahwa mengurangi konflik dapat mengurangi pengaruh mereka. Selama pidato di acara pembukaan, salah satu pendiri Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar mengulangi pesan pemberontak bahwa Afghanistan harus dijalankan sesuai dengan hukum Islam, menyoroti poin yang mungkin mencuat.
Kesepakatan perdamaian yang komprehensif bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan akan tergantung pada kesediaan kedua belah pihak untuk menyesuaikan visi mereka.
Negosiasi yang didukung AS datang enam bulan lebih terlambat dari yang direncanakan karena ketidaksepakatan atas pertukaran tahanan kontroversial.
Di bawah ketentuan kesepakatan penarikan pasukan yang terjadi antara AS dan Taliban, 5.000 tahanan Taliban telah dibebaskan dengan imbalan 1.000 pasukan pemerintah.