Kabul – Para pemimpin tertinggi Afghanistan mengumumkan pembicaraan damai dengan pemberontak Taliban yang didukung Amerika Serikat (AS) akan dimulai pekan depan. Pembicaraan itu diharapkan dapat membuka jalan berakhirnya konflik yang telah berlangsung hampir dua dekade di negara itu.
Dialog yang diusulkan berawal dari perjanjian penting dengan Taliban yang di tengahi AS pada Februari untuk mendorong perundingan penyelesaian bagi perang Afghanistan.
Abdullah Abdullah, yang memimpin Dewan Tinggi Negara untuk Rekonsiliasi Nasional, dalam sebuah seminar di Kabul mengatakan timnya “sangat siap” untuk memasuki apa yang disebutnya perundingan intra-Afghanistan.
Beberapa jam kemudian, Menteri Luar Negeri Afghanistan Haneef Atmar mengonfirmasi dalam sebuah forum online di Washington bahwa pemerintahnya akhirnya bertindak untuk menyelesaikan perselisihan mengenai pertukaran tahanan yang sebelumnya menghambat ikutnya Taliban dalam pembicaraan.
“Kami optimis minggu depan akan membuat kemajuan besar dalam hal ini. Rintangan terakhir dalam pembebasan narapidana berhasil diatasi. Jadi, semoga kami akan segera menyelesaikan semua rintangan awal yang menghalangi negosiasi perdamaian,” kata Atmar dalam pidatonya di Institut Perdamaian AS sebagaimana dikutip VOA, Sabtu (29/8).
Atmar mengatakan “sangat optimis” tidak akan ada rintangan lebih jauh menjelang perundingan itu. Ia juga berharap Taliban memenuhi janjinya bahwa para tahanan yang dibebaskan tidak akan kembali ke medan perang, dengan mengatakan para narapidana itu adalah kelompok orang yang “sangat berbahaya”.