London – Khairi Saadallah pelaku penusukan yang menewaskan tiga orang di Reading, Inggris, diduga memiliki jaringan dengan kelompok ISIS.
Hal itu diketahui dari informasi badan intelijen Inggris MI5 yang menyatakan pria 25 tahun itu sempat berniat ke luar negeri pada 2019. Ketika itu, ia sempat diinvestigasi tetapi tak dilanjutkan karena ia mengurungkan niatnya pergi ke Timur Tengah.
Saadallah pernah dipenjara karena melakukan tindak kriminal kecil. Pihak berwenang belum mengkonfirmasi apakah dia masih berada dalam masa percobaan hukuman ketika melancarkan serangan pada Sabtu (20/6) malam.
Diberitakan Independent, penyidik masih mendalami keterlibatan Saadallah apakah telah terindoktrinasi oleh kelompok ektremis. Mereka juga tengah menyelidiki apakah tersangka terpengaruh dengan internet.
Kepala Program Penangkalan Ekstremis, Nik Adams, menyatakan simpatisan ISIS diminta menyerang target yang lemah selama masa lockdown. Hal itu diharapkan membuat kepolisian dan layanan keamanan akan terganggu dan kewalahan.
“Kami melihat adanya eksploitasi kondisi saat ini untuk melancarkan kejahatan. Ketakutan saya adalah ketika lockdown orang punya lebih banyak kesempatan untuk berbincang secara online sehingga mendapatkan informasi keliru, kebencian, ketakutan dan kebingungan yang bisa berujung kepada efek radikalisasi,” kata Adams.
Saadallah mencari suaka di Inggris beberapa tahun lalu dengan latar belakang keluarganya yang menjadi korban perang sipil di Libya. Tetangga di sekitar tempat tinggalnya yakin Saadallah baru saja dibebaskan dari penjara.
Dalam serangan yang dilancarkan, tiga orang dilaporkan tewas sementara tiga orang lainnya menderita cedera serius. Serangan teroris itu merupakan yang mematikan sejak insiden di Jembatan London pada Juni 2017 silam.