Jakarta – Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Polri Brigjen Rikwanto mengatakan, aksi teror dengan modus baru yang terjadi di Polres Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar) mulai terkuak. Dua terduga teroris yang melakukan pembakaran terindikasi sebagai pendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Dikatakan, kedua terduga teroris bernama Eka Fitra (24) dan Enggria Sudarmadi (25) berhasil dilumpuhkan, namun belum diketahui keduanya berasal dari jaringan mana. Keduanya membakar Mapolres Dharmasraya dari bagian belakang dan diketahui petugas jaga pada pukul 02.45 Minggu (12/11/2017).
Upaya untuk pemadaman api dilakukan, sembari menghubungi pemadam kebakaran. Kemungkinan api dimulai dari ruang Siwas atau ruang Sitipol Polres. Sekitar pukul 03.00 WIB petugas pemadam kebakaran telah tiba dan berupaya untuk menjinakkan api. Petugas pemadam kebakaran mengitari gedung dalam menyiramkan air.
Salah seorang petugas pemadam kebakaran kaget melihat dua orang berpakaian hitam yang berada di lingkungan Polres. “Apalagi, keduanya membawa busur,” kata Rikwanto kepada wartawan, Senin (13/11/2017).
Petugas pemadam kebakaran melaporkan pada petugas Polres yang juga turut membantu pemadaman. Saat kebakaran belum padam, petugas mencoba untuk mengamankan kedua orang berpakaian hitam dengan bersenjata busur itu, namun keduanya melakukan permelawanan.
Kedua terduga teroris itu menembakkan busur ke arah petugas. Petugas memberikan peringatan agar keduanya menyerah dengan menembakkan peluru ke udara. Tapi, keduanya tidak peduli, justru tetap menyerang petugas Polres. Petugas pun terpaksa melumpuhkan keduanya. Akhirnya, keduanya bisa dilumpuhkan, namun sayang justru meninggal dunia di lokasi.
Pada kedua jenazah korban, polisi menemukan sejumlah barang yang menuntun petugas untuk berasumsi bahwa keduanya merupakan anggota kelompok teror. Secarik kertas yang bertuliskan pesan jihad berjudul “Saudara Kalian Abu Azzam Al Khorbily 21 Safar 1439 di Bumi Allah”. Juga ditemukan pula sebuah busur panah, delapan buah anak panah, 2 sangkur, sebuah pisau dan sepasang sarung tangan hitam.
Rikwanto enggan menyimpulkan bahwa kedua orang yang membakar Mapolres Dharmasraya itu terkait jaringan teroris ISIS. Dia mengaku belum ada kesimpulan seperti itu. Kebakaran itu memang ada, tapi apakah kedua terduga teroris itu terkait jaringan ISIS masih didalami.
Selama ini kantor polisi memang menjadi sasaran empuk kelompok teror. Pada Juli 2016 lalu Polres Solo mengalami serangan teror berupa bom bunuh diri dengan menggunakan sepeda motor. Petugas mengalami luka-luka dalam kejadian tersebut dan pelaku teror tewas terkena bomnya sendiri.
Pada Juni 2017, Polda Sumatera Utara (Sumut) juga diserang dua terduga teroris bersenjata pisau. Seorang petugas piket tewas karena digorok terduga teroris. Akhirnya, kedua terduga teroris itu tewas terkena timah panah petugas.
Pengamat Terorisme, Al Chaidar menuturkan, untuk dugaan pembakaran Polres oleh kelompok teror merupakan modus baru. Biasanya, terduga teroris itu menyerang aparatnya. “Dilihat dari modusnya memang kemungkinan besar merupakan aggota kelompok teroris,” jelasnya.
Ada sejumlah kesamaan antara penyerangan di Polres Dharmasraya dengan aksi teror di tempat lainnya. Di antaranya, kelompok teror menyerang kantor polisi atau polisinya serta, penyerang menggunakan apapun sebagai senjata baik pisau dan panah. “Ini cocok dengan himbauan petinggi ISIS,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, petinggi ISIS di Filipina menyebarkan video agar semua yang telah berbaiat pada Abu Bakar Al Baghdadi untuk melakukan aksi teror dengan cara apapun. Bahkan, peralatan sehari- hari seperti pisau, kapak dan lainnya bisa digunakan dalam aksi teror.