Jakarta – Pengamat terorisme, Al Chaidar mengatakan, Rabbial Muslim Nasution alias Dedek (24), sebagai pelaku bom bunuh diri di Markas Polrestabes Medan, diduga bagian dari anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Indonesia yang berafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS).
“Bila dilihat dari cara kerja dan sasaran aksinnya tersebut, pelaku bom bunuh diri itu adalah anggota JAD. Dalam organisasi terlarang itu, sasaran untuk melakukan aksi teror bom ini adalah pihak pemerintahan, polisi dan gereja,” ujar Al Chaidar, dikutip Suara Pembaruan, Kamis (14/11).
Al Chaidar mengungkapkan, jaringan JAD di Indonesia sudah banyak berkembang di Indonesia, khususnya di Aceh, Padang, Riau, dan Medan. Organisasi terlarang ini berkembang dengan merekrut kalangan muda untuk dijadikan calon “pengantin” dalam rangkaian aksi teror tersebut.
“Sasaran mereka adalah polisi karena dianggap sebagai Thogut. Istilah Thogut ini adalah musuh Tuhan Yang Maha Esa. Polisi dimusuhi karena melakukan penangkapan dan tidak bersedia memberlakukan ajaran syariat Islam. Ini juga yang dilakukan Syawaluddin Pakpahan,” ungkapnya.
Syawal Pakpahan merupakan pelaku penyerangan Markas Polda Sumut saat perayaan Idul Fitri di tahun 2017 lalu. Dalam penyerangan itu, pelaku yang diketahui sebagai bagian teroris itu, berhasil menewaskan seorang petugas penjagaan.
“Bila dilihat dari rangkaian kejadian sebelum melakukan bom bunuh diri, Rabbial Muslim Nasution dipastikan sudah terlebih dahulu melakukan perencanaan dan menggambar lokasi di markas polisi tersebut. Ini bisa diketahui jika polisi mengulik ulang rekaman closed circuit television (CCTV) selama beberapa hari sebelumnya,” katanya.
Menurutnya, serangan teror oleh kelompok JAD ini meski pelaku sudah tewas dalam rangkaian bom bunuh diri, tidak akan terhenti begitu saja. Patut diwaspadai jika pelaku lainnya akan melakukan serangan sama dalam menebar teror tersebut.
“Selain kantor polisi maupun pemerintahan, rumah ibadah dan pusat keramaian di masyarakat juga keamanannya harus ditingkatkan. Bila aparat lengah sedikit saja maka langsung dimanfaatkan oleh kelompok aliran keras ini melakukan teror bom. Lihat saja serangan bom sebelumnya, rangkaiannya sama,” sebutnya.
Pola serangan dalam aksi teror ini pun tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Teror itu bisa dilakukan tidak lama setelah kejadian ledakan bom bunuh diri. Pelaku juga melakukan serangan bom di saat proses ibadah di gereja maupun perayaan Natal. Pelaku menunda rencana teror jika pengamanan super ketat.