Pelajaran Agama Tentang Perang Dinilai Memicu Radikalisme

Pelajaran Agama Tentang Perang Dinilai Memicu Radikalisme

Jakarta – Pelajaran agama di sekolah yang menyampaikan terkait sejarah perang dinilai memicu radikalisme. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul ulama, KH Said Aqil Sirodj, mendesak agar mengurangi bab tentang sejarah yang dominan hanya menceritakan perang.

“Yang diperhatikan adalah kurikulum pelajaran agama di sekolah. Saya melihat pelajaran agama di sekolah yang disampaikan sejarah perang, misalnya perang badar, perang uhud, pantesan radikal,” ujarnya dalam acara konferensi wilayah PW NU Jatim di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, demikian dikutip Antaranews.com, Minggu, (29/7).

Lebih jauh lagi, Said Aqil menilai ayat-ayat perang kerap disalahartikan oleh banyak pihak. Bahkan, ayat perang juga dibaca dalam sebuah resepsi pernikahan, padahal dalam momen seperti itu seharusnya bisa memilih ayat-ayat yang lebih menyejukkan.

Oleh karena itu, Said Aqil berharap agar segenap umat muslim bisa lebih memahami ayat-ayat Al-Quran dan mengamalkannya. Jika hal itu dilakukan akan muncul akhlak yang baik, sebab mereka bisa memahami ayat tersebut, yang ke depannya bisa muncul toleransi beragama.

“Toleransi ini muncul karena akhlakul karimah. Ruang toleransi itu berakhlak, kalau tidak berakhlak tidak mungkin akan toleransi,” ujarnya.