Washington – Pejabat militer Amerika Serikat memperingatkan kelompok militan ISIS akan bangkit lagi tahun ini. Hal itu menyusul kondisi yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika saat ini.
Para pengamat mengatakan ISIS sudah siap melancarkan serangan terhadap AS dan sekutunya setelah sejumlah serangan yang dilakukan AS di Suriah tahun lalu menewaskan beberapa pentolan kelompok teroris itu.
Dikutip dari the Washington Times, ISIS mungkin tidak sekuat sekitar satu dasawarsa lalu, tapi dengan ribuan militan yang masih ada mereka bisa melancarkan serangan mematikan.
Dalam sepekan terakhir kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Ismailia, Mesir yang menewaskan empat orang dan pengeboman di dekat Kabul yang merenggut nyawa sejumlah orang. Pengeboman di Kabul, Afghanistan adalah serangan teranyar yang dilakukan ISIS dan kelompok cabang mereka sejak Taliban kembali berkuasa selepas AS menarik mundur seluruh pasukannya.
Sejak mengambil alih kembali wilayah Irak dan Suriah dari tangan ISIS, pasukan AS dan sekutunya–tentara Irak dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) menangkap ribuan militan ISIS. Mereka saat ini berada di penjara di Irak dan Suriah. Nasib mereka kini tidak jelas dan faktor keamanan di penjara juga rawan.
Sejumlah pejabat mengatakan kian memburuknya kondisi pengungsian bekas anggota keluarga ISIS di al-Hol, Suriah, membuat kamp pengungsian itu menjadi tempat bangkitnya kembali kaum teroris.
“Jelas ada ‘pasukan ISIS’ di kamp penahanan di Irak dan Suriah,” kata Kepala Komando Pusat AS Michael Kurilla dalam pernyataannya, beberapa waktu lalu.
“Saat ini ada lebih dari 10.000 pemimpin ISIS dan militan di tahanan di seantero Suriah dan lebih dari 20.000 pemimpin ISIS dan militan di tahanan Irak,” ujar Kurilla.
“Pada akhirnya kita punya potensi generasi baru ISIS,” kata dia. “Ada lebih dari 25.000 anak di kamp al-Hol dalam keadaan bahaya. Anak-anak ini bisa menjadi target utama ISIS untuk radikalisasi.”
Kamp pengungsi al-Hol dan pusat penahanan ISIS di Irak dan Suriah menjadi ancaman jangka panjang bagi AS dan sekutunya. Yang paling dikhawatirkan adalah munculnya pemberontakan di penjara. Pada kerusuhan di pusat penahanan Al-Hasakah Januari tahun lalu di Suriah, lebih dari 400 militan ISIS dan lebih dari 100 tentara SDF tewas.
Pemberontakan berskala besar di penjara bisa membuat ribuan militan ISIS yang sudah terlatih kembali ke dunia bebas untuk melancarkan serangan.
Kemunculan ISIS di Afrika Utara, termasuk di Mali, Niger, Chad, dan Sudan, adalah contoh nyata kemampuan ISIS untuk bangkit kembali dari kekalahan.
“Jika AS dan komunitas internasional tidak menerapkan strategi, dukungan dana maka ISIS akan kembali bangkit lebih cepat,” kata Michael Rubin, manta pejabat Pentagon dalam analisisnya September lalu.