PBNU Kolaborasi dengan UI dan CSCV akan Gelar International Conference on Humanitarian Islam

PBNU Kolaborasi dengan UI dan CSCV akan Gelar International Conferenceon Humanitarian Islam

Jakarta – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan
Universitas Indonesia (UI) dan Centre for Shared Civilizational Values
(CSCV) berencana menggelar International Conference on Humanitarian
Islam atau Muktamar al-Dawli al-Islam Lil Insaniyah di Kampus UI
Depok, Selasa (5/11/2024).

Dalam konferensi pers yang digelar di Kantor Pusat PBNU, Jakarta,
(1/11/2024), Ketua PBNU, KH Ulil Abshar Abdalla menjelaskan konferensi
ini akan dibuka langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. Untuk
rangkaian kegiatan konferensi dilaksanakan di Hotel Grand Hyatt
Jakarta pada 5-6 November 2024.

Gus Ulil menjelaskan Konferensi Humanitarian Islam atau Islām lil
Insāniyah sendiri telah dicetuskan sejak 10 tahun yang lalu.
Pencetusnya adalah elemen-elemen Nahdlatul Ulama dalam konteks
perkembangan pemikiran dan gerakan NU.

Lebih lanjut, Gus Ulil menjelaskan bahwa gerakan ini hendak menawarkan
solusi berbasis pada karakter Islam Nusantara atau Islam Indonesia
yang damai dan ramah.

Karakter seperti ini yang diharapkan dapat berperan bagi dunia yang
semakin kompleks dari fenomena pergeseran geopolitik hingga maraknya
populisme yang berbasis pada agama dan rasisme, meningkatnya ancaman
kekerasan dan perang, serta kesenjangan dan kemiskinan global.

“Humanitarian Islam merupakan kelanjutan dan penguatan terhadap konsep
khittah NU 1926, Pribumisasi Islam, Islam Rahmatan lil ‘Alamin, dan
Islam Nusantara, serta Fiqh Peradaban yang sejalan dengan konsep dasar
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” jelas Gus Ulil.

Dalam kesempatan ini, hadir pula Ketua PBNU H. Ahmad Suaedy yang
mengatakan bahwa Humanitarian Islam yang diusung oleh Ketua Umum PBNU,
KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya merupakan implementasi dalam
skala global dari ajaran Ahlusunnah wal Jamaah an-Nahdliyah atau
Aswaja an-Nahdliyah tentang tawasuth (tengah-tengah), tasamuh
(toleransi), tawazun (berimbang), dan i’tidal (adil).

“Dengan berbasis dan terinspirasi oleh ajaran Islam Aswaja
an-Nahdliyah dari para pendiri (muassis) NU, Gus Yahya berinisiatif
membangun gerakan global Humanitarian Islam.

Ajaran-ajaran tersebut dianggap sejalan dengan ideologi dan filosofi
bangsa Indonesia, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika guna memberikan
kontribusi bagi dunia yang damai dan adil,” jelas Suaedy.

Rangkaian International Conference on Humanitarian Islam International
Conference on Humanitarian Islam diagendakan akan diikuti 20
professor, akademisi, dan kalangan ulama. Gelaran ini melibatkan
berbagai kalangan dari Indonesia dan juga mancanegara.

Ketua Panitia Pelaksana Konferensi Humanitarian Islam, Ahmad Ginanjar
Sya’ban menjabarkan, konferensi Humanitarian Islam akan dihadiri
sejumlah kiai, cendekiawan, dan akademisi internasional dari Amerika
Serikat, Eropa, Kanada, Australia, Afrika, dan Asia Tenggara, serta
Indonesia.

“Konferensi ini akan diikuti oleh sekitar 20 profesor dan akademisi
luar negeri serta kiai dan 20 peninjau dari akademisi dalam negeri,”
jelas Ginanjar.

Ginanjar juga menyebutkan beberapa tokoh yang akan hadir, antara lain
Profesor Robert W. Hefner dari Boston University AS, Profesor Greg
Barton dari Deakin University Australia, KH Afifuddin Muhajir dari
Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbono Jawa Timur, KH Abdul
Ghofur Maimoen dari Pesantren Al Anwar Rembang Jawa Tengah, KH Yahya
Cholil Staquf Ketua Umum PBNU, Profesor Rüdiger Lohlker dari
Universitas Vienna Austria, Profesor James B. Hoesterey dari Emory
University AS, Profesor Amanta tho Seeth dari Humboldt University of
Berlin Jerman, Profesor Nelly van Doorn-Harder dari Wake Forest
University AS, Profesor Ismail Fajrie Alatas dari New York University,
Professor Timothy Shah dari CSCV, Prof. Al-Makin dari UIN Sunan
Kalijaga serta Profesor Ahmad Syafiq dari Universitas Indonesia, dan
sebagainya.

“Acara konferensi ini dilanjutkan dengan sejumlah rangkaian excursion
ke beberapa situs-situs bersejarah di Indonesia khususnya di Jawa
Tengah dan Yogyakarta pada 7-10 November 2024,” lanjut Ginanjar.

Peserta konferensi juga akan melakukan kunjungan ke KH Ahmad Mustofa
Bisri di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Masjid Menara
Kudus, dan Klenteng Sam Poo Kong sebelum melanjutkan rangkaian
perjalanan ke Yogyakarta.

“Kunjungan para peserta internasional ke Candi Prambanan dan Candi
Borobudur pada 9 November 2024 akan menjadi rangkaian penutup dalam
Konferensi Internasional Humanitarian Islam yang diselenggarakan oleh
PBNU, CSCV, dan UI,” pungkas Ginanjar.