New York – Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menemukan adanya indikasi kejahatan perang yang dilakukan Rusia karena pengeboman tanpa pandang bulu di wilayah sipil Suriah. Laporan terkini dari Komisi Penyelidikan Internasional Independen tersebut merujuk pada sejumlah insiden pengeboman yang dilakukan Russia mulai Juli 2019 hingga Januari 2020.
Sebagaimana dikutip The Guardian, Selasa (03/03/2020), laporan tersebut menyatakan bahwa terdapat lebih dari 700.000 warga sipil terusir dari rumah mereka karena penyerangan Rusia terhadap target sipil termasuk fasilitas medis.
Komisi tersebut berfokus pada dua insiden dimana mereka menemukan keterlibatan langsung pesawat Rusia pada peristiwa pengeboman daerah yang banyak dihuni warga sipil. Insiden pertama adalah serangkaian serangan udara yang meneror sebuah pasar di Ma’arrat al-Nu’man, daerah padat penduduk yang berjarak 33 kilometer dari selatan kota Idlib, Senin (22/07/2019) silam.
PBB menyebut serangan tersebut sebagai serangan ‘ketuk ganda’ karena gelombang serangan kedua dilancarkan di tempat yang sama ketika petugas penyelamat bertugas di lokasi kejadian. Insiden tersebut menewaskan 43 warga sipil, termasuk empat anak-anak dan melukai 109 warga sipil.
Insiden kedua terjadi ketika Rusia melancarkan serangan terhadap komplek pengungsian di Idlib Selatan. Serangan tersebut menewaskan 20 orang, termasuk delapan wanita dan enam anak-anak. Serangan tersebut juga melukai 40 warga sipil lainnya.
Laporan tersebut juga menegaskan bahwa tudingan keterlibatan pesawat Rusia tersebut didasari pada sejumlah bukti kuat.
“Berdasarkan bukti yang tersedia, termasuk kesaksian saksi, rekaman video, citra data serta laporan oleh pengadu penerbangan, intersepsi komunikasi penerbangan dan laporan pengamatan peringatan dini, komisi tersebut memiliki alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa sebuah pesawat Rusia berpartisipasi dalam setiap insiden yang dijelaskan di atas.”
“Dalam kedua insiden itu, Angkatan Udara Rusia tidak mengarahkan serangan ke sasaran militer tertentu, yang merupakan kejahatan perang karena melancarkan serangan tanpa pandang bulu di wilayah sipil,” demikian bunyi laporan tersebut.
Sementara itu, pihak Rusia membantah bertanggung jawab atas sejumlah penyerangan tersebut. Moskow bersikeras bahwa serangan yang ditujukan untuk mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad ditargetkan kepada kelompok-kelompok teroris.
Masih dari sumber yang sama, seorang pengamat konflik Timur Tengah di Middle East Institute, Charles Lister turut berkomentar atas tudingan PBB tersebut.
“Ini adalah perkembangan besar. PBB sangat jarang mengaitkan serangan seperti ini, dan sangat penting bahwa mereka melakukannya dalam laporan seperti ini. Mengingat posisi PBB di Suriah, tidak mengherankan jika itu tersimpan dalam laporan dan mereka belum membuat hal besar dari itu,” terangnya.
Komisi Penyelidikan Internasional Independen terdiri dari tiga ahli independen, yakni Paulo Sergio Pinheiro, seorang sarjana hukum asal Brasil; Karen Koning Abuzayd, seorang pejabat senior PBB asal Amerika Serikat; dan Henry Megally, seorang pakar hak asasi manusia asal Mesir.