Jenewa – Utusan PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, menyerukan kepada Suriah dan sekutunya untuk segera menaklukkan teroris yang masih berada di sebelah utara Provinsi Idlib.
Mistura memperkirakan sekitar 10.000 teroris dari kelompok separatis Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) yang merupakan mantan cabang Al-Qaeda Suriah masih berada dan beroperasi di wilayah tersebut.
Selain itu, Mistura juga meminta kepada Rusia, Iran, dan Turki untuk membatasi Idlib sebelah utara dan mendukung sejumlah kelompok pemberontak Suriah untuk mencegah pertempuran di provinsi tersebut.
“Jika sampai banyak terjadi pertempuran di Idlib sebelah utara dan teroris HTS tak bisa dikalahkan, dampaknya akan jatuh jutaan warga sipil. Selain itu juga memicu kedua belah pihak menggunakan klorin sebagai senjata kimia,” kata Mistura kepada wartawan di Jenewa, Swiss, yang dikutip middleeasteye.net, Minggu (2/9).
Sejauh ini, Turki menjadi negara yang menentang serangan besar-besaran di Idlib. Pihak Ankara khawatir serangan tersebut bukan cuma bakal menelan ribuan korban jiwa, namun juga mendorong gelombang pengungsi baru yang melintasi perbatasan Turki. Saat ini Turki sudah menampung lebih dari tiga juta pengungsi Suriah.
Ankara sendiri sudah meminta waktu kepada Rusia untuk mengisolasi HTS dari kelompok pemberontak lain dan membasmi mereka dari Idlib.
“Penting untuk menonaktifkan semua kelompok teroris karena mereka mengancam Turki di perbatasan kami. Tapi solusi militer akan menjadi bencana, tidak hanya untuk Idlib tetapi untuk seluruh Suriah,” kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu saat menggelar konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Moskow, pada Jumat (31/8).
Turki, Rusia, dan Iran saat ini terlibat dalam kebingungan diplomatik seiring upaya mereka mencari solusi untuk masalah di Idlib. Tidak jelas apakah Turki akan diberikan waktu yang diminta untuk menangani HTS, atau apakah pemerintah Suriah dan sekutu-sekutunya yang akan terjun langsung memisahkan antara kelompok militan tersebut dan para pemberontak lainnya di provinsi tersebut.
Pihak Rusia sendiri pada Kamis (30/8) lalu, sudah menyebut Idlib sebagai sarang teroris. Mereka juga mengatakan bahwa tidak menangani masalah ini bukanlah pilihan yang baik.
Pada Pekan lalu, seorang diplomat Turki mengatakan bahwa Moskow mencap semua kelompok bersenjata sebagai teroris.
“Rusia melihat awan di atas Idlib, awan teroris. Mereka tidak menganggap kelompok bersenjata di kota (Idlib) berbeda dari yang lain, mereka menganggap mereka semua teroris. Itu sebabnya Turki bernegosiasi dengan beberapa kelompok untuk meyakinkan mereka agar menjatuhkan senjata mereka,” kata diplomat yang enggan disebutkan identitasnya.
“Namun upaya tersebut juga tidak mudah karena masing-masing kelompok memiliki kekuasaan dan menghasilkan pendapatan di bidang yang mereka kontrol,” imbuhnya lagi.