Kabul – Laporan misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Afghanistan mencatat penurunan jumlah korban meninggal dari warga sipil akibat kekerasan, Senin (27/4). Meski begitu, konflik yang berlanjut akan terus menambah jumlah korban sipil.
PBB menyatakan, korban pada tiga bulan pertama 2020 ini sebanyak 533 orang, termasuk 152 anak-anak. Mereka meninggal akibat pertempuran di negara yang dilanda perang pada kuartal pertama 2020 dan ratusan lainnya terluka.
Jumlah tersebut mengalami penurunan 29 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2019. Kondisi ini pun menjadi angka kematian terendah untuk kuartal pertama tahun sejak 2012.
Dilansir dari Associated Press, Laporan PBB mengatakan pasukan Afghanistan dan sekutu bertanggung jawab atas 32 persen dari semua korban sipil selama kuartal pertama 2020. Pasukan pro-pemerintah bertanggung jawab atas lebih banyak korban anak daripada Taliban dan militan lainnya.
Lebih dari dua kali lipat banyak kematian anak karena pasukan pemerintah ketimbang Taliban. Kondisi ini terutama terjadi karena kematian yang disebabkan oleh serangan udara dan tembakan tidak langsung selama operasi darat terhadap milisi.
Anak-anak dan perempuan terus terdampak secara tidak proporsional terhadap kekerasan. PBB menyatakan, misi lembaga ini mendokumentasikan bahwa 152 anak-anak dan 60 perempuan meninggal dalam kekerasan sejak 1 Januari hingga 31 Maret.
Laporan itu juga menyoroti peningkatan kekerasan yang mengganggu di bulan Maret. Periode itu ketika pemerintah Afghanistan dan Taliban akan memulai negosiasi setelah kesepakatan damai yang ditandatangani oleh Taliban dan Amerika Serikat (AS) pada akhir Februari.
Misi PBB di Afghanistan prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Maret dan meningkatnya korban sipil. Terlebih lagi merujuk pada peningkatan korban sipil bulan lalu sebagai akibat dari operasi oleh pasukan Afghanistan, terutama pertempuran darat yang memicu kebakaran dan serangan udara.
Laporan PBB datang sehari setelah Utusan Perdamaian AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, meminta para pemimpin negara yang berseteru untuk akur. Mereka diharapkan untuk mengesampingkan perbedaan dalam memerangi pandemi virus korona dan memajukan perundingan yang mandek dengan Taliban.
Kepala perwakilan khusus PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons menyerukan semua pihak untuk mengambil kesempatan dan memfokuskan upaya kolektif dalam memerangi musuh bersama, yaitu Covid-19.
“Untuk melindungi kehidupan warga sipil yang tak terhitung jumlahnya di Afghanistan dan untuk memberi bangsa harapan masa depan yang lebih baik, sangat penting bahwa kekerasan dihentikan dengan pembentukan gencatan senjata dan untuk memulai negosiasi damai,” katanya.