PBB Identifikasi 160 Anggota ISIS Pembantai Yazidi di Irak Utara

PBB Identifikasi 160 Anggota ISIS Pembantai Yazidi di Irak Utara

New York – Penyelidik PBB sejauh ini mengidentifikasi 160 anggota kelompok teroris Islamic State (ISIS) yang dituduh melakukan pembantaian Yazidi di Irak utara pada 2014. Mereka sedang membangun kasus-kasus hukum terhadap para pelaku, kata ketua tim itu kepada Dewan Keamanan AS pada hari Selasa.

Dikutip dari Reuters, Rabu, (27/11), tim investigasi PBB, yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB, mulai bekerja setahun yang lalu untuk mengumpulkan dan menyimpan bukti untuk penuntutan tindakan ISIS di Irak yang mungkin merupakan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan atau genosida.

“Sehubungan dengan komunitas Yazidi saja, kejahatan yang menargetkan mereka, kami telah mengidentifikasi lebih dari 160 pelaku pembantaian terhadap Yazidi…dan kami memfokuskan pekerjaan kami untuk membangun kasus-kasus yang solid dan semoga diajukan ke pengadilan domestik,” kata Karim Asad Ahmad Khan, kepala tim PBB.

Para pakar PBB pada Juni 2016 memperingatkan bahwa ISIS melakukan genosida terhadap Yazidi di Suriah dan Irak untuk menghancurkan komunitas agama minoritas melalui pembunuhan, perbudakan seksual, dan kejahatan lainnya.

Militan ISIS menganggap Yazidi sebagai pemuja setan. Iman Agama Yazidi memiliki unsur-unsur Kristen, Zoroastrianisme dan Islam.

Nadia Murad, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2018 atas upayanya mengakhiri penggunaan kekerasan seksual sebagai senjata perang, dan pengacara hak asasi manusia Amal Clooney memainkan peran penting dalam mendorong tim investigasi PBB. Murad adalah seorang perempuan Yazidi yang diperbudak dan diperkosa oleh milisi ISIS pada tahun 2014.

ISIS menyerbu jantung agama Yazidi di Sinjar, Irak utara, pada tahun 2014, memaksa para perempuan muda menjadi budak seks yang mereka klaim sebagai “istri” bagi militannya. Sementara mereka membantai para pria dan perempuan Yazidi yang lebih tua.

“Setelah menembaki kami, anggota ISIS pergi ke tempat lain. Setelah sadar, saya mendapati diri saya di bawah tumpukan mayat,” katanya kepada DK PBB.

“Ketika saya membuka mata, saya melihat tiga saudara lelaki saya. Mereka di sebelah saya. Mereka sudah mati. Begitu juga keponakan dan sepupu saya.”

Dia mengatakan istri dan putrinya diculik dan dijual sebagai budak seks dan dia telah kehilangan sekitar 75 anggota keluarganya.

Dia masih ingat bagaimana militan ISIS menculik istri dan putrinya lima tahun lalu. Putrinya, Lara, yang berusia tiga bulan, meninggal dalam penawanan karena kehausan dan kelaparan. Kachi mengatakan bahwa masyarakat Yazidi kini mencari keadilan atas teror dan pembantaian ISIS.