New York – Sebuah tim penyelidik PBB telah mulai bekerja di Irak untuk mengumpulkan bukti tentang pembantaian minoritas Yazidi dan kekejaman lain yang dilakukan oleh kelompok ISIS. Hal itu tertuang dalam sebuah surat yang dirilis oleh PBB, Kamis waktu setempat.
Dalam surat yang dikirimkan pada 17 Agustus lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada Dewan Keamanan tim penyelidik PBB dipimpin oleh pengacara hak asasi manusia asal Inggris Karim Asad Ahmad Khan. Tim tersebut akan mulai bekerja pada 20 Agustus seperti dikutip dari AFP, Jumat (24/8/2018).
Guterres mengatakan kepada dewan bahwa Khan, yang diangkat pada bulan Februari, telah melakukan misi pertama ke Irak dari 6-14 Agustus.
Para penyelidik akan mengumpulkan bukti tentang kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan atau genosida untuk digunakan di pengadilan Irak yang akan mengadakan persidangan bagi militan ISIS, menurut resolusi Dewan Keamanan.
Dewan Keamanan tahun lalu dengan suara bulat mengadopsi resolusi yang mengatur penyelidikan untuk membantu membawa pelaku kejahatan ISIS ke pengadilan. Kasus ini diperjuangkan oleh pengacara hak asasi manusia internasional, Amal Clooney.
Pengacara Lebanon-Inggris itu mewakili perempuan Yazidi yang disandera dan diperlakukan sebagai budak seks oleh ISIS saat menguasai wilayah Sinjar Irak pada Agustus 2014.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menggambarkan pembantaian Yazidi sebagai kemungkinan genosida dan Clooney membuat kemunculan high profil sebelum badan dunia mengambil tindakan.
Puluhan ribu orang Yazidi melarikan diri dari pembantaian Agustus 2014 di Sinjar. Investigasi hak asasi manusia PBB telah mendokumentasikan berbagai penganiayaan mengerikan yang diderita perempuan dan anak perempuan.