Kabul – PBB melaporkan bahwa ada 100 ribu warga sipil Afghanistan telah terbunuh atau terluka selama satu dekade terakhir. Untuk itu PBB menyerukan agar konflik berdarah di Afganistan berakhir.
“Saya dengan sangat sedih bahwa korban sipil baru-baru ini melampaui 100.000 dalam 10 tahun terakhir, sejak saat Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) memulai mendokumentasi secara sistematis korban sipil,” kata Tadamichi Yamamoto, perwakilan khusus PBB di Afghanistan seperti dikutip AFP, Jum’at (27/12/2019).
Yamamoto mengatakan, PBB mendesak dunia internasional ambil andil menuntaskan konflik di Afghanistan. Menurutnya, para korban konflik yang kini masih hidup menginginkan hidup damai.
“Mereka menginginkan kesempatan untuk hidup dalam damai sehingga mereka dapat membangun kembali kehidupan mereka,” ujarnya.
Tonggak sejarah yang suram juga terjadi beberapa hari setelah para pejabat mengumumkan hasil awal dalam pemilihan presiden terbaru Afghanistan yang menempatkan Presiden Ashraf Ghani di jalur untuk mengamankan masa jabatan kedua.
Taliban telah lama memandang Ghani sebagai antek Amerika dan telah menolak untuk bernegosiasi dengannya, membuat banyak orang takut bahwa pertempuran akan terus berlanjut bahkan jika AS akhirnya mendapatkan kesepakatan dengan militan.
Awal tahun ini, PBB melaporkan bahwa jumlah warga sipil yang belum pernah terjadi sebelumnya telah terbunuh atau terluka di Afghanistan dari 1 Juli hingga 30 September tahun ini, dengan mengatakan ada 1.174 kematian dan 3.139 cedera dalam periode itu.
Penghitungan PBB menemukan bahwa tahun lalu adalah yang paling mematikan dalam catatan, dengan setidaknya 3.804 kematian warga sipil disebabkan oleh perang termasuk 927 anak-anak.