Bamako – Senapan AK47 dan ratusan amunisi termasuk dari sejumlah persenjataan milik kelompok militan Islamic State (ISIS) berhasil disita pasukan Inggris dalam operasi anti terorisme di Mali.
Menurut keterangan Kementerian Pertahanan Inggris (MOD), sekitar 100 prajurit ikut serta dalam operasi penyitaan senjata ISIS di sebuah desa dekat perbatasan Niger.
“Sejumlah terduga militan ISIS telah melarikan diri dengan berenang menyeberangi sebuah sungai,” ujar pernyataan MOD, dikutip BBC, Minggu (16/5).
Operasi mengusir ISIS dan menyita persenjataannya di Mali dilakukan pasukan Inggris di tengah badai pasir dan cuaca panas terik dengan suhu udara mencapai lebih dari 50 derajat Celcius.
Selain senapan dan amunisi, pasukan Inggris juga menyita pakaian bercorak kamuflase, radio, telepon genggam, dan ratusan liter bahan bakar. Penyitaan dilakukan usai pasukan Inggris mendapat izin dari misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali.
Mereka yang terlibat dalam operasi ini adalah bagian dari gugus tugas Inggris yang tiba di Mali pada Desember tahun lalu. Tambahan pasukan ini bertujuan untuk membantu misi menjaga perdamaian PBB di Mali.
Khusus untuk pasukan Inggris, mereka ditugaskan melakukan patroli pengintaian jarak jauh untuk melindungi masyarakat lokal dari ancaman ekstremisme ISIS di Mali.
Letnan Kolonel Tom Robinson, komandan pasukan Light Dragoons asal Inggris, mengaku selalu mengambil tindakan sesuai data intelijen yang telah didapat.
“Kami fokus di area terjadinya aktivitas intimidasi grup teror terhadap masyarakat lokal. Kami berhasil mengusir mereka dan menyita persenjataan serta barang-barang lainnya,” ucap Robinson.
Misi PBB di Mali atau MINUSMA beranggotakan lebih dari 14 ribu personel penjaga perdamaian dari 56 negara. MINUSMA disebut sebagai salah satu misi perdamaian PBB paling berbahaya di dunia.
Sejak 2013, hampir 250 personel penjaga perdamaian PBB di Mali tewas dalam misi mereka melawan sejumlah grup terorisme dan ekstremisme.