Raqqa – Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat (AS), mengklaim bahwa mereka telah merebut kontrol atas Raqqa yang disebut sebagai Ibukota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). SDF juga menyebutkan jika Alun-alun Al-Naim yang sering dijadikan arena eksekusi oleh ISIS juga sudah dikuasai, walau mash ada sejumlah kecil anggota ISIS yang masih tersisa di kota itu.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (17/10/2017), sebelum Raqqa direbut terlihat sebuat konvoi pasukan lokal ISIS dan keluarga terlihat meninggalkan kota itu. Namun, SDF tidak mengizinkan pasukan asing ISIS bergabung dengan mereka. Juga dilaporkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, lebih dari 3.000 warga sipil telah melarikan diri dari kota tersebut.
Pihak SDF menjelaskan bahwa sebuah aliansi milisi Kurdi dan Arab telah mengepung Raqqa selama hampir empat bulan. Pada Senin (16/10/2017), SDF mengatakan bahwa sekitar 50 anggota ISIS tetap bertahan di sekitar rumah sakit dan stadion. Pembebasan Raqqa akan dilihat sebagai pukulan lain bagi ISIS yang terus mengalami kemunduran di Suriah dan Irak selama dua tahun terakhir.
Raqqa merupakan salah satu kota besar pertama yang direbut ISIS pada 2014. Mereka berkuasa di sana kurang lebih selama tiga tahun. ISIS yang menarik minat calon anggota dari seluruh dunia dengan interpretasi ekstrem hukum Islam telah menggunakan pemenggalan dan penyiksaan untuk meneror warga yang menentang peraturan mereka.
Raqqa memang menjadi perhatian utama pasukan koalisi pimpinan AS menyusul keberhasilan mereka mengusir ISIS dari Mosul pada Juli 2017. ISIS mengklaim Raqqa merupakan Ibukota Khilafah mereka. Presiden Donald Trump telah mengizinkan pengiriman senjata ke kelompok Kurdi demi memastikan kemenangan atas ISIS di Raqqa.
Pada Mei 2017, AS telah mengumumkan akan memasok senjata dan peralatan militer ke militan Kurdi yang memerangi ISIS di. Langkah ini sebelumnya telah mendapat persetujuan Donald Trump. Juru Bicara Pentagon kala itu, Dana W White, menyatakan bahwa Trump telah memberikan lampu hijau bagi Pentagon untuk “mempersenjatai kelompok Kurdi demi memastikan kemenangan atas ISIS.
Kebijakan AS untuk mempersenjatai pasukan Kurdi pada awalnya dikhawatirkan akan mendapat tentangan dari Turki. Kelompok Kurdi yang tergabung dalam SDF berasal dari Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Mereka merupakan faksi utama yang memerangi ISIS di Suriah. Selama ini, Turki berpendapat bahwa YPG merupakan perpanjangan tangan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), kelompok yang dianggap sebagai gerakan separatis bahkan teroris oleh pemerintah.