Pasca Penembakan di Wina, Menlu Arab Saudi: Terorisme Tidak Punya Agama

Manila – Perburuan militan Abu Sayyaf yang berafiliasi dengan ISIS, terus dilakukan pasukan keamanan Filipina, khususnya di wilayah selatan negara tersebut.

Terakhir, pasukan Filipina dan militan Abu Sayyaf terlibat bentrokan di dekat pulau terpencil di provinsi selatan Filipina Sulu, Selasa (3/11/2020) dinihari lalu. Setidaknya tujuh tersangka anggota kelompok militan Abu Sayyaf tewas dalam bentrokan tersebut.

Komandan Komando Mindanao Barat Corleto Vinluan mengatakan pertempuran itu terjadi sebelum pukul 2 pagi waktu setempat ketika pasukan patroli mencegat sekelompok teroris yang naik speed boat dekat Pulau Sulare di kota Parang, Sulu.

Serangan itu dilakukan setelah pasukan keamanan mendapat informasi tentang rencana kelompok teror itu melakukan aktivitas penculikan di daratan wilayah Mindanao. Baku tembak pun terjadi dan berlangsung 25 menit.

Komandan militer di lapangan yang merencanakan operasi tersebut, William Gonzales mengatakan, pasukan dari Scout Rangers dan Pasukan Khusus menggunakan helikopter serang dan pesawat serang multi guna untuk mengalahkan teroris tersebut.

“Operasi pencarian dan pengambilan sedang berlangsung menggunakan aset udara dan angkatan laut kami di area keterlibatan,” katanya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Straits Times, Kamis (5/11/2020).

Abu Sayyaf yang sudah dinyatakan Filipina sebagai kelompok teroris adalah sebuah kelompok militan yang bermarkas di Filipina selatan. Kelompok ini terlibat dalam pemboman serta penculikan turis dan misionaris Barat untuk tebusan sejak awal 1990-an.

Mereka juga memiliki hubungan dengan militan ISIS yang ingin mendirikan “kekhalifahan” di Asia Tenggara. Sulu, yang jadi lokasi penyergapan, berada di pulau terpencil di selatan Filipina.

Militer Filipina gencar melakukan operasi untuk membebaskan para sandera yang ditahan oleh Abu Sayyaf, termasuk awak kapal kargo asing yang diculik di perairan Sulu.Riyadh – Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir menyampaikan belasungkawa atas penembakan brutal di Wina, Austria. Al-Jubeir menegaskan bahwa serangan Wina adalah kejahatan keji yang bertentangan dengan semua agama dan nilai-nilai kemanusiaan.

Dikutip dari Reuters, pernyataan Al-Jubeir ini disampaikan melalui akun Twitter-nya pada Selasa (3/11). Al-Jubeir berduka atas insiden ini sekaligus mengutuk tindakan terorisme tersebut.

“Kami berbagi dengan teman-teman di Republik Austria tentang kesedihan atas kejahatan teroris yang menargetkan orang-orang tak berdosa di Wina. Kejahatan keji ini dan sejenisnya bertentangan dengan semua agama dan nilai-nilai kemanusiaan, dan itu menekankan kepada kita bahwa terorisme tidak memiliki agama atau ras,” ungkap Al-Jubeir dalam cuitannya.

Sebelumnya, AFP melaporkan pada Rabu (4/11/2020) empat orang tewas ketika pria bernama Kujtim Fejzulai, yang digambarkan sebagai simpatisan ISIS berusia 20 tahun, yang pernah mendekam di penjara, melepaskan tembakan dengan sebuah Kalashnikov (senjata semi otomatis) di daerah sibuk Wina, ibu kota Austria pada Senin (2/11) malam waktu setempat, sehari sebelum negara itu memasuki lockdown Corona.

Kelompok ISIS yang mengklaim banyak serangan di Eropa – mengatakan bahwa seorang “prajurit kekhalifahan” bertanggung jawab atas pembantaian di Wina, demikian menurut badan propagandanya.

Polisi menembak mati pria bersenjata itu pada hari Senin (2/11). Polisi lalu mendatangi 18 alamat berbeda dan melakukan 14 penangkapan saat mereka mencari kemungkinan kaki tangannya dan berusaha untuk memastikan apakah dia bertindak sendiri.