Bogor – Direktur Deradikalisasi BNPT, Prof. Irfan Idris memberikan apresiasi tinggi atas keberhasilan satgas Tinombala yang kembali melumpuhkan seorang teroris atas nama Aji Pandu Suwotomo alias Subron, kemarin, Senin (19/09/16). Atas keberhasilan ini, Guru Besar UIN Alaudin Makassar ini menyatakan bahwa kekuatan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) jelas berkurang, karenanya ia meminta kepada 11 anggota kelompok MIT yang tersisa untuk segera menyerahkan diri.
“Bagi yang 11 orang, tidak alasan lagi untuk merasa pejuang, sebab negara tidak main-main terhadap aksi kriminal yang mengatasnamakan agama; yang pada prinsipnya hanyalah perilaku jahat,” demikian himbauan prof. Irfan saat dihubungi via whatsapp pagi ini, Selasa (20/09/16).
Sementara untuk masyarakat umum, ia meminta agar masyarakat meningkatkan atensi, utamanya untuk tidak memberi ruang bagi yang berempati terhadap kelompok yang tidak mengerti kejadian ini secara utuh.
Ditanya terkait relevansi kejadian ini dengan program deradikalisi, pria kelahiran Makassar ini menekankan dua poin penting; pertama, secara internal kelembagaan, perlu segera diwujudkan penguatan kelembagaan bagi deradikalisasi sebagai institusi-strategi-program, kedua, pendampingan pembinaan kewirausahaan bagi keluarga dan mantan teroris segera melibatkan kemenkop UKM, tujuannya tentu agar mereka tidak kembali beraksi.
Terkait dengan poin yang kedua ini, Prof. Irfan memang sering menyampaikan dalam berbagai kesempatan bahwa radikalisme dan terorisme bukan semata persoalan kesalahan dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran agama, tetapi juga disebabkan oleh sebab lain, salah satunya adalah faktor ekonomi. Inilah yang menjadi salah satu dasar pentingnya pemberian pendampingan pembinaan untuk kewirausahaan bagi keluarga dan mantan teroris. Dengan kondisi ekonomi yang baik, masyarakat pun akan dapat hidup lebih tenang sehingga tidak mudah terpengaruh ajakan radikalisme dan terorisme.
Dengan tewasnya Subron, kekuatan MIT saat ini hanya menyisakan 11 orang yang masih buron. Mereka adalah anggota dari kelompok Ali Kalora, sementara kelompok Basri dipastikan sudah habis tidak tersisa.