Jakarta – Peran para pemuka agama sangat diharapkan dalam membantu pemerintah untuk memberikan pemahaman kepada umatnya tentang bahaya radikal terorisme. Oleh karena itu pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggandeng para pemuka agama dari lintas agama untuk membentuk Gugus Tugas Pemuka Agama untuk menanggulangi paham radikal terorisme .
Kegiatan Rapat Koordinasi (rakor) Pembentukan Gugus Tugas Pemuka Agama dalam Rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme diselenggarakan oleh BNPT di Jakarta pada hari Selasa (21/7/2020) ini mengundang para Tokoh Lintas Agama yang tergabung dalam organisasi Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) dan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK). Upaya BNPT membentuk Gugus Tugas Pemuka Agama ini pun mendapat apresiasi besar dari para Tokoh Lintas Agama
Sekretaris Jenderal (Sekjen) LPOI dan LPOK, H. Denny Sanusi BA menyampaikan terima kasihnya karena telah diberikan kepercayaan oleh BNPT untuk menjadi mitra strategis dalam upaya pecegahan paham radikal terorisme di tanah air.
“Saat ini kami di LPOI/LPOK mewadahi sekitar 20 ormas keagamaan di Indonesia, sehingga bisa dikatakan bahwa kami saat ini membawahi sekitar 60% penduduk Indonesia atau sekitar 150 juta orang. Jadi sinergi ini memang tepat karena kami organiasasi yang jelas posisinya, jelas berakar di masyarakat. Diharapkan ke depan kita dapat bermitra dengan lebih baik lagi,” ujar Denny.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) ini mengaku mengapresiasi upaya pemerintah melalui BNPT dengan adanya ide pembentukan gugus tugas pemuka agama ini, Karena menurutnya hal tersebut ada kesinambungan dalam upaya pencegahan paham radikal terorisme antara pemerintah dengan ormas kegamaan.
“Karena pada dasarnya pencegahan itu harus ada hubungan yang berkesinambungan dimana elemen-elemen masyarakat yang ada potensi negatif seperti radikal terorisme, potensi kekerasan, kita sudah bisa mendeteksinya secara dini. Dan itu akan sinergi sekali kalau kita ada kerja sama yang berkesinambungan seperti ini,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu Ketua bidang Organisasi dan Humas Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), Dr. H. Baharuddin Husin, MA, mengatakan bersyukur bahwa antara oemerintah bersama tokoh agama ini mulai dekat dan saling mengisi Dimana BNPT ini membentuk Gugus Tugas Pemuka Agama yang akan meredam suatu permasalahan tentang paham radikal terorisme di Tanah Air.
“Kenapa demikian ? Karena masyarakat di Indonesia ini sangat multi dimana masing-masing itu punya komunitas, misanya Nahdatul Ulama (NU) dengan masyarakatnya, Muhammadiyah dengan masyarakatnya dan ormas lainnya juga demikian. Ada 20 Ormas dalam LPOK dan 14 Ormas Islam dalam LPOI, ini luar biasa.
Karena itu menurtnya, kalau hal ini bisa dikembangkan dengan baik kedepannya, masalah pencegahan paham radikalisme dan terorisme ini akan bisa teratasi secara bersama-sama. Oleh karena itu ini harus dipupuk dan dikembangkan, jangan sampai kita mengambil inisiatif sendiri seperti yang tejadi diluar. Sehingga permasalahan ini akan mudah bisa diselesaikan jika ada kebersamaan.
“Karena masyarakat kita yang misalnya orientasi berfikirnya kurang pas itu akan mudah diperbaiki ketika yang membina itu adalah orang yang disegani oleh yang bersangkutan, sehingga tidak ada gap. Misal si A dari NU, ya tokoh NU yang memberi nasehat. Lalu misal si B dari Muhammadiyah, maka ya tokoh Muhammadiyah yang disegani yang memberi nasehat dan sebagainya,” ujanrya
Kemudian anggota Komisi Hak Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Yudi Pratikno, juga menyampaikan apresiasinya mengenai pembentukan gugus tugas untu mencegah paham radikal terorisme yang dilakukan oleh BNPT, menurutnya hal itu memang sangat diperlukan saat ini.
“Karena paham seperti itu kan bisa dimulai dari tulisan, dari medsos atau media mainstream yang awalnya dimulai dari berbeda pendapat kemudian menjadi intoleran. Berbeda pendapat sendiri sebetulnya tidak apa-apa tapi jangan kemudian diteruskan menjadi agitasi, memanaskan situasi dengan memprovokasi umat hingga melakukan hal-hal yang melanggar hukum misalnya,” ujar Yudi Pratikno.
Dalam kesempatan yang sama anggota Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGGI) Pdt. Jimmy Sormin mengungkapkan bawah rakor pembentukan gugus tugas pemuka agama dalam pencegahan paham radikal terorisme ini sangat baik karena menunjukkan adanya upaya yang positif dan responsif dari bnpt dalam merangkul ormas keagamaan yang sudah pasti bersentuhan langsung dengan akar rumput dan memiiki posisi strategis untuk mengawal narasi-narasi dan menjaga keutuhan NKRI.
Kemudian perwakilan dari Majelis Tinggi agama Hindu Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Drs. Nengah Darma, SH, turut menyambut baik upaya BNPT membentuk gugus tugas ini. “Gugus Tugas Pemuka Agama ini bisa dijadikan momentum untuk bersama-sama menanggulangi radikalisme terorisme baik di internal kita sendiri maupun di eksternal umat kita,” ujarnya.
Sementara itu Ketua bidang hubungan Antar Lembaga dan Organisasi Persatuan Islam (PERSIS), Ir. H. Muhammad Faisal Nursyamsi, MBA, juga menyambut baik kegiatan yang diselenggarakan oleh BNPT. Karena menururtnya yang dihadapi saat ini sebetulnya juga sudah terjadi sejak dari dulu dan memang harus dipahami bersama bahwa hal-hal yang seperti ini memang sulit untuk dihilangkan dan perlu dilakukan upaya pencegahan.
“Dengan adanya sinergi antara BNPT dengan para pemuka agama ini diharapkan untuk meminimalisir apalagi disini kita konteksnya adalah untuk pencegahan. Karena mencegah Itu lebih baik daripada setelah terjadi sesuatu kita baru bergerak. Ini saya sangat apresiasi sekali kepada BNPT,” ujarnya.
Dengan adanya seperti ini, ia menyampaikan bahwa dari ormas-ormas juga akan berupaya mensosialisasikan hal ini, supaya radikalisme itu tidak sampai berkembang.
“Seperti yang disampaikan tadi harus terus disampaikan dari hal yang kecil-kecil dulu seperti tarbiyah kalau di Islam. Dan juga kita harus istiqomah terus, jangan hanya saat-saat seperti ini kita semangat tapi ke depannya karena sudah tidak apa-apa lagi jadi kendor, jangan sampai seperti itu,” ujarnya mengkahiri