Jakarta – Generasi muda, khususnya mahasiswa wajib waspada terhadap gerakan dan jaringan radikalisme dalam upaya menanamkan radikalisme agama, paham kebencian terhadap simbol agama lain. Pernyataan itu diucapkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut.
“Tidak bisa dibantah bahwa kalangan muda merupakan sasaran bagi gerakan dan jaringan radikalisme agama uGntuk menanamkan paham radikal agama, paham kebencian terhadap simbol agama lain, dan kebencian simbol negara,” ujar Gus Yaqut.
Ajakan itu disampaikan Ketua Umum GP Ansor saat memberikan sambutan dalam pembukaan simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan (PPIDK) Timur Tengah dan Afrika secara daring, Senin (17/7/23).
Gus Yaqut mengaku prihatin setelah membaca hasil penelitian Maarif Institute dan beberapa lembaga riset yang menyatakan bahwa jaringan radikalisme pemikiran keagamaan sudah menyusup di kalangan generasi muda, khususnya siswa dan mahasiswa.
Menurut dia, fenomena itu sangat mengkhawatirkan bukan hanya dalam konteks masa depan Islam sebagai rahmat untuk semua alam, namun juga peradaban nusantara dan dunia.
“Kita tahu bahwa usia sekolah dan kuliah merupakan masa yang paling rawan di tengah belum matangnya kondisi psikologi mereka, ditambah belum memadainya pemahaman keagamaan,” jelas Gus Yaqut.
Ia menjelaskan akibat pemahaman agama yang salah tersebut, sering kali kelompok jaringan radikalisme tersebut mengusung ideologi kebencian terhadap agama dan pemerintah. Jaringan tersebutmenganggap sistem pemerintahan yang dijalankan pemerintah sebagai taghut karena secara formal tidak mengikuti Al Quran.
“Mahasiswa mulai disusupi keyakinan bahwa menyanyikan lagu kebangsaan, hormat bendera adalah haram. Fenomena itu bertentangan dengan prinsip Islam, rahmatan lil alamin dan moderasi beragama,” ungkapnya.
Ia meminta para mahasiswa Indonesia menjadi duta moderasi beragama yaitu tidak hanya menanamkan kecintaan terhadap agama, namun juga kepada bangsa dan negara. Sebab, menurut dia, relasi antara agama dan negara adalah dua hal yang saling berkaitan sehingga tidak mungkin dibenturkan.
“Indonesia bukan negara sekuler ataupun negara agama. Agama memberikan moral spiritual dan mengajarkan etika berbangsa serta bernegara sehingga agama-negara bukan untuk dipisahkan, namun saling berkaitan,” terang Gus Yaqut.
Untuk itu, Gus Yaqut mengingatkan bahwa generasi muda tidak hanya harus taat pada agama, namun juga mencintai serta setia terhadap negara sehingga tercipta generasi yang religius dan nasionalis.