Jakarta – Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal Gatot Nurmantyo mengakui bahwa tantangan TNI ke depan bukan semakin ringan. Konflik yang terjadi akan bergeser ke arah ekuator yang sudah mulai terlihat. Seperti konflik di Laut Cina Selatan kemudian konflik di Marawi, Filipina.
“Islamic State of Iraq dan Syria (ISIS) akan berubah menjadi Islamic State dan bermarkas di Filipina Selatan. Tapi, TNI akan tetap setia bersama rakyat,” kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada acara Rapat Kerja Pusat (Rakerpus) dan Musyarawah Nasional (Munas) ke 15 PEPABRI di Hotel Kartika Chandra Jakarta, Rabu (22/11/2017) malam.
Dikatakan, Pada 2018 mendatang adalah tahun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak, yang diikuti dengan Pemilu Legislatif (Pileg) serta Pemilu Presiden (Pilpres) 2019. Jajaran TNI akan terus melakukan upaya untuk memastikan netralitas anggotanya. Pada setiap tingkatan di mana pun dan kapan pun, TNI tetap netral.
Agar pelaksanaan Pilkada Serentak dan Pemilu Legislatif dan Presiden dengan luber dan jurdil, Gatot menekankan bahwa tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sengketa dan konflik belajar. Hal itu belajar pada saat Pilkada DKI. “TNI dan Polri berkeharusan agar pada setiap tahapan Pilkada Serentak, Pileg, dan Pilpres TNI dapat menjadi penengah yang efektif dan adil,” jelasnya.
Sebab, tanpa netralitas yang bersengketa tidak akan mau dilarang. “Oleh sebab itu, saya sungguh menyambut baik dan mengapresiasi komitmen dan kesungguhan Pepabri untuk terus menjaga soliditas dan kebersamaan sebagai suatu organisasi non partai,” kata Gatot.
Dalam kesempatan itu, Gatot mengatakan Pepabri telah memberikan contoh teladan kepada juniornya dengan sangat baik. “Pepabri yang sangat baik dalam menjaga nilai-nilai luhur. Yang jadi jiwa dan semangat organisasi yang sangat kita cintai ini,” pungkasnya.