London – Inggris yang saat ini sedang melaksanakan kebijakan lockdown nampaknya harus bekerja lebih ekstra. Sebabnya, gerakan teroris baru-baru ini melayangkan ancaman bahwa mereka siap menyerang sejumlah rumah sakit selama wabah pandemi virus Corona (Covid-19) ini.
Bukan hanya itu, gerakan teroris yang mengatasnamakan Islamic State (ISIS) ini juga mengancam untuk menyerang tempat-tempat vital lainnya, begitu ungkap salah satu perwira polisi senior.
Koordinator Nasional untuk program pencegahan ekstremisme mengatakan, pendukung ISIS tengah meradikalisasi calon anggota baru dengan mengeksploitasi pandemi ini dan “menargetkan tempat-tempat yang tampaknya rentan” untuk diincar.
Kepala Inspektur, Nik Adams, pun ikut mengungkap, para jihadis ISIS tersebut terus menyerukan serangan selama lockdown dengan harapan para pihak kepolisian dan layanan keamanan lainnya akan terganggu dan kewalahan.
“Kami melihat eksploitasi keadaan untuk mendorong tindakan kekerasan,” kata Adams yang juga dikutip dari Independent, Rabu, (22/4).
“Kenyataannya adalah kami sangat siap menghadapi kemungkinan seperti itu, dan memantau literatur apa pun yang disebarkan di seluruh dunia,”
“Kami bekerja erat dengan rekan-rekan di seluruh negara Five Eyes, dengan akademisi dan jaringan penasihat komunitas untuk memantau bagaimana informasi itu dimainkan, dan memastikan bahwa sarana keamanan pelindung sedang disesuaikan untuk tempat-tempat yang mungkin dianggap lebih rentan sekarang.”
Untuk diketahui, ISIS telah membenarkan serangan di seluruh dunia dengan menyerukan para anggotanya untuk menyerang “target empuk” yang termasuk seperti tempat-tempat wisata dan pusat transportasi.
Tetapi dengan adanya kebijakan lockdown ini, rumah sakit telah menjadi tempat yang paling ramai kegiatannya di Inggris.
Peningkatan keamanan dilakukan oleh Kantor Keamanan Kontra Terorisme Nasional Inggris. Pengamanan secara rutin diberikan ke tempat-tempat umum, tempat ibadah dan tempat-tempat lain yang mengundang banyak orang.
Selain itu, penutupan sekolah, meningkatnya pengangguran, dan penerapan lockdown yang diperpanjang membuat banyak orang menghabiskan banyak waktu untuk online, sering sendirian dan bisa lebih rentan terhadap taktik (radikalisasi) ini.
“Ini didorong oleh kelompok sayap kanan ekstrem sebagai pengait untuk membawa orang ke forum obrolan, di mana mereka kemudian dapat berbicara tentang teori konspirasi terkait kebencian lainnya, dan menarik orang ke dalam narasi mereka,” kembali tutur Adams.
“Dari sana, mereka memilih orang-orang yang paling rentan untuk membujuk mereka, meradikalisasi mereka dan membawa mereka ke arah terorisme.”