Sikka — Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) MPR RI Melchias Markus Mekeng menegaskan bahwa Pancasila tetap menjadi fondasi paling kokoh dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang majemuk. Di tengah derasnya arus informasi dan ideologi global, Pancasila dinilai berperan sebagai perekat yang memungkinkan masyarakat hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan.
Pernyataan tersebut disampaikan Mekeng saat kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang dirangkaikan dengan serap aspirasi masyarakat di Lapangan Kantor Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Minggu (14/12/2025).
“Keberagaman suku, agama, dan budaya bisa menjadi kekuatan karena kita memiliki Pancasila. Tanpa itu, sangat mungkin bangsa ini terpecah,” ujar Mekeng di hadapan masyarakat.
Ia menjelaskan bahwa pascareformasi, MPR RI memegang peran strategis tidak hanya dalam aspek ketatanegaraan, seperti pelantikan presiden dan perubahan UUD 1945, tetapi juga dalam memasyarakatkan Empat Pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Mekeng menyinggung bahwa pada masa Orde Baru, nilai-nilai Pancasila diperkenalkan secara sistematis melalui P4 dan Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Namun, setelah reformasi, penguatan ideologi negara sempat kehilangan ruang, terutama di kalangan generasi muda.
“Pernah ada anggapan bahwa Pancasila tidak perlu dikuatkan lagi. Padahal, ketika ideologi bangsa melemah, itu justru membuka ruang bagi masuknya paham-paham lain yang berpotensi memecah persatuan,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa kemajuan teknologi digital dan media sosial mempercepat penyebaran narasi yang dapat merongrong nilai-nilai kebangsaan. Almarhum Taufik Kiemas, saat memimpin MPR RI pada 2011–2012, kata Mekeng, telah lebih awal melihat ancaman tersebut.
“Lewat media sosial, ideologi yang bertentangan dengan Pancasila bisa masuk tanpa filter hingga ke pelosok. Ini tantangan serius bagi bangsa,” ujarnya.
Sebagai pembanding, Mekeng menyinggung pengalaman sejumlah negara seperti Yugoslavia, Irak, Libya, dan Suriah yang mengalami konflik berkepanjangan akibat rapuhnya ideologi pemersatu. Menurutnya, Indonesia harus belajar dari pengalaman tersebut mengingat besarnya jumlah penduduk dan tingginya keragaman sosial.
Dalam konteks pendidikan, Mekeng menilai penguatan nilai Pancasila perlu kembali diarusutamakan sejak dini. Ia menyebut MPR RI mendorong agar pembacaan Pancasila dan menyanyikan lagu Indonesia Raya menjadi bagian dari rutinitas kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Kalau penguatan ideologi ini diabaikan, itu hanya soal waktu sampai persatuan kita diuji. Pendidikan karakter kebangsaan harus dimulai sejak usia sekolah,” tegasnya.
Selain Pancasila, Mekeng juga menekankan pentingnya pemahaman terhadap UUD 1945 sebagai dasar hukum negara, NKRI sebagai komitmen pemerataan pembangunan antarwilayah, serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan hidup bersama dalam perbedaan.
“Empat Pilar ini satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ini adalah fondasi hidup berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Ia menutup dengan menegaskan bahwa kemajuan ekonomi dan kekayaan alam Indonesia tidak akan bermakna tanpa ketahanan ideologi. Karena itu, sosialisasi Empat Pilar MPR RI dinilai penting untuk memastikan persatuan bangsa tetap terjaga bagi generasi mendatang.
“Kita bertanggung jawab bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa depan anak cucu kita,” pungkas Mekeng. Kegiatan tersebut turut dihadiri sejumlah tokoh nasional dan daerah, antara lain Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Herman Hayong, Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT Petrus B. Robby Tulus, Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Sikka Gorgonius Nago Bapa, unsur pemerintah kecamatan, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda, serta masyarakat setempat.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!