Solo – Pancasila dinilai sebagai ideologi terbaik dan sangat mumpuni sebagai ‘bentengi’ NKRI dari ancaman ideologi asing. Karena itu, seluruh bangsa Indonesia harus terus memperkuat ‘benteng’ itu demi kedamaian, kesatuan, dan kesejahteraan Indonesia.
Penegasan itu disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Selasa (20/3/2018) siang.
“Beberapa saat lalu saya beraudiensi dengan Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP). Pada intinya BPIP akan bekerjasama dengan TNI karena mempunyai infrastruktur sampai Babinsa untuk menggelorakan kembali kecintaan pada Pancasila sebagai ideologi kepada masyarakat Indonesia sampai wilayah berbatasan,” ungkap Hadi Tjahjanto.
Ia menilai, pertemuan dengan civitas akademika UNS merupakan salah satu momentum tepat untuk menyebarkan dan memperkuat ideologi Pancasila. Untuk itu ia mengajak seluruh mahasiswa dan generasi muda Indonesia untuk benar-benar memahami dan menghayati Pancasila secara utuh.
Pada kesempatan itu, Panglima TNI juga memaparkan sejarah perjuangan bangsa dimana kedaulatan negara secara de fakto lahir bersama pernyataan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sehari kemudian, Bangsa Indonesia secara tuntas menegakkan kedaulatannya secara yuridis melalui pengesahan UUD 1945. Beranjak dari realita itu, baik proklamasi maupun UUD 1945 pada hakekatnya merupakan tonggak sejarah utama berdirinya Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ada pun Pancasila adalah nilai nilai yang terkandung dalam UUD 1945 yang menjadi dasar, falsafah, padangan hidup Bangsa Indonesia yang berdaulat dan terbebas dari penjajahan bangsa lain. “Oleh karenanya, Pancasila merupakan nilai kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Sila di dalam Pancasila mencerminkan nilai kedaulatan bangsa. Baik individu maupun kolektif dalam Berketuhanan, perikemanusiaan, menjunjung tinggi persatuan, berdemokrasi, dan hidup berkeadilan sosial.
Meski Indonesia sebagai negara masih tergolong muda, namun secara historis sebagai bangsa yang mendiami nusantara ribuan tahun dan mencapai peradaban tinggi. Sejarah mencatat Kerajaan di Nusantara, seperti Majapahit dan Sriwijaya mencapai masa keemasan melebihi luas Indonesia saat ini. Kerajaan kuat di dalam negeri, tetapi juga disegani kerajaan lain.
Namun, perkembangan Bangsa Indonesia mengalami banyak dinamika. Masuknya pengaruh asing yang memberangus kemerdekaan yang telah ada di wilayah Nusantara. Periode penjajahan ini menjadi periode terburuk bangsa Indonesia, meski tetap ada hikmah yang dapat dipetik yaitu perasaan senasib sepenanggungan, semangat persatuan dan kesatuan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Serta hikmah keinsafan bahwa kemerdekaan harus memberikan kedaulatan yang paripurna yaitu kesejahteraan lahir dan batin. Ketiga hikmah menjadi filosofi yang dikristalisasi menjadi nilai nilai luhur bangsa, yaitu Pancasila.