Pancasila Harus Jadi Energi Hidup Pembangunan SDM Indonesia

Pancasila Harus Jadi Energi Hidup Pembangunan SDM Indonesia

Jakarta — Di tengah derasnya arus disrupsi global yang menguji jati diri bangsa, Pancasila dinilai tidak cukup hanya dipahami sebagai warisan sejarah. Ideologi negara itu harus dihidupkan sebagai nilai yang membentuk karakter dan menjadi fondasi utama pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

Penegasan tersebut disampaikan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi saat meresmikan Prasasti Pancasila di Menara 165, Jakarta Selatan.

Menara 165 yang didirikan oleh Ary Ginanjar Agustian melalui PT Grha Satu Enam Lima Tbk sejak 1 Juni 2005 memang sejak awal dirancang sebagai pusat pengembangan karakter, kepemimpinan, dan penguatan ideologi kebangsaan. Di tempat ini, Pancasila diposisikan bukan sekadar identitas politik, melainkan sebagai kompas moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Peresmian Prasasti Pancasila tersebut menjadi peneguhan visi ESQ dalam menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi pembentukan manusia Indonesia yang unggul, berkarakter, dan berintegritas.

Dalam sambutannya, Yudian menekankan pentingnya penguatan ideologi Pancasila di lingkungan birokrasi. Menurutnya, integrasi antara pemahaman ideologis dan profesionalisme akan melahirkan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga memiliki jiwa patriotisme dan komitmen kebangsaan.

“Pancasila harus menjadi landasan dalam setiap pengambilan keputusan, baik oleh pemimpin maupun aparatur negara,” ujar Yudian.

Transformasi SDM yang diusung ESQ, lanjut Yudian, berfokus pada internalisasi nilai-nilai setiap sila ke dalam perilaku sehari-hari. Pendekatan ini dinilai relevan untuk menjawab tantangan zaman yang menuntut kompetensi sekaligus integritas moral.

Sinergi antara ESQ dan BPIP menjadi contoh konkret bagaimana ideologi Pancasila dapat diimplementasikan secara nyata, bukan hanya diajarkan secara normatif.

“Pancasila adalah nilai dasar kehidupan berbangsa. Menjaga dan menginternalisasikannya merupakan tantangan jangka panjang yang harus dijawab dengan langkah nyata,” kata Ary Ginanjar.

Ia menegaskan bahwa pembangunan karakter yang kuat tidak mungkin terwujud tanpa penyelarasan nilai agama, moralitas, dan ideologi kebangsaan sebagaimana terkandung dalam lima sila Pancasila.

Upaya tersebut juga diwujudkan melalui program-program konkret bagi aparatur negara. Melalui ACT Consulting International, dilakukan penyelarasan Core Values ASN BerAKHLAK dengan nilai-nilai Pancasila. Program ini menunjukkan bahwa prinsip seperti Persatuan Indonesia dan Keadilan Sosial dapat diterjemahkan ke dalam budaya kerja ASN yang adaptif, kompeten, kolaboratif, dan berorientasi pada pelayanan publik.