Jakarta – Kearifan lokal di Kudus dinilai tepat jika dijadikan untuk pembelajaran persatuan, seperti toleransi yang diajarkan oleh Sunan Kudus. Kearifan lokal merupakan faktor penting karena sangat bersentuhan dengan masyarakat.
Wakil Kepala Badan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono mengatakan, Pancasila harus terus didengungkan karena selama 75 tahun Indonesia merdeka masih ada sejumlah kelompok intoleran yang berupaya mengganti Pancasila.
Hal itu diungkapkan Hariyono saat membuka seminar nasional di Universitas Muria Kudus (UMK) dengan tajuk Penanaman Nilai-nilai Pancasila Mencegah Sikap Intoleransi dan Paham Radikalisme pada Generasi Milinial di Gedung J UMK, Jawa Tengah, Rabu (16/9/2020).
“Pancasila harus disosialisasikan bersama karena Pancasila falsafah bangsa,” ujar Hariyono dalam keterangan.
Sementara itu, Wakil Rektor IV Universitas Muria Kudus (UMK) Subarkah menyampaikan, kegiatan ini merupakan kerja sama dengan Magister Ilmu Hukum (MIH) UMK. Salah satu misi UMK sejak yakni mengembangkan kearifan lokal.
“Seminar ini diharapkan meminimalisasi intoleransi dan radikalisme,” ucapnya.
Menurutnya, kearifan lokal yang ada di Kudus banyak yang bisa diambil, salah satunya sikap toleransi, sehingga siapa saja yang menjalankan Pancasila tentu akan memiliki sikap tersebut.
”Pancasila harus dijadikan ruang pertemuan,” ucapnya.
Perbedaan agama, suku, budaya dan lainnya, kata dia tidak perlu dipertentangkan, pancasila justru dijadikan raung pertemuan perbedaan tersebut.
Selain itu, mengarah pada keadilan sosial, dia juga siap menjadi pelopor untuk menyosialisasikan Pancasila di Pantura Timur. “Pancasila sebagai ruang pertemuan sebagai perbedaan,” katanya.